Tulisan ini dipicu oleh pernyataan unik dan menarik Robi Krucil di status facebooknya.
“Mencintai seorang bipolar harus siap untuk memberi memberi dan memberi. Tidak ada take and give. Dan selalu bersiap mengoreksi hati. Saya Robi, dan saya Bipolar... :)))”
Arie Dabo, membuka obrolan dengan menulis komentar pertama, "Tapi yo, bipolarnya harus belajar memberi juga. Saya Arie Dabo, dan saya Bipolar."
Aniek Wijaya, menulis komentar yang mengejutkan, “Saya sedang belajar untuk tidak jatuh cinta (lagi). Karena menurut saya tidak ada cinta yang tulus. Setiap cinta pasti membuat seorang saya (yang kebetulan bipolar) terseret pada kondisi posesif, takut kehilangan juga segala kekhawatiran yang berlebihan dan amat sangat mengganggu laju perjalanan hidup saya yang sebetulnya sedang baik-baik saja.”
Kristi Swastiani ternyata sedang mencari cinta, “Saya Kristi, baru saja menginjak 27 tahun....saya bipolar dan schziofrenia.... lagi mencari laki-laki indonesia, karena si om Denmark yang satu itu katanya seh ga mau nikah ma saya...hahahahaha...”
Bisa difahami kekhawatiran Aniek, karena saya dan teman-teman bipolar yang lain mungkin juga merasakan kekhawatiran yang sama.
Islandria Gobed (caregiver yang pacarnya seorang bipolar) memberi kuncinya, bagaimana menjaga hubungan dengan seorang bipolar; sabar, pasrah, mau memberi dan bersedia mengoreksi hati sewaktu-waktu. Tapi, Islandria juga mengakui, “Ada kalanya saya juga egois, lelah, bingung, putus asa, atau malah ingin menyerah, tapi saya setuju dengan mas Robi untuk bagian yang menyebutkan bahwa niat si ODMK itu sendiri untuk sembuh sangat penting. Jangan pernah mencintai bipolar yang menolak untuk berobat atau malah tidak ingin sembuh... itu saja. Dan saya bersyukur, Arie Dabo sangat kooperatif dalam menjalani pengobatannya....Lucky Me....”
Anik, wanti-wanti kepada para bipolar lover, “Jangan ngarep, kalo elo emang cinta, ya beri saja segala yg dia butuhkan; cinta, perhatian dan jangan pernah sekali-kali berharap untuk mendapatkan balasan. Kalau tidak siap seperti itu, mending pensiun dini deh. Cari yang lain. Nah, kalau bersedia mengoreksi hati sewaktu-waktu, artinya harus siap dengan segala konsekwensi ketika si bipolar ini udah menya-menye nggak jelas membagi kapling hatinya, atau tiba-tiba marah nggak jelas padahal kesel ke siapa, tapi marahnya ke orang yang paling dekat dengannya. Sakit pasti, tapi ya harus dimaklumi. Kan udah tahu bipolar mempunyai kemungkinan untuk berbuat seperti itu”
Robi Krucil, menulis komentar yang tak kalah mengejutkan, “Menjadi caregiver bipolar memang tugas berat. Salute untuk yang berani mencoba apalagi yang mampu bertahan. Saya berani bilang bahwa mencintai bipolar itu ndak ada untungnya. Tanya sama hati kecil mbak Islandria, ada ndak untungnya mencintai mas Arie (Arie Dabo)?”
Robi juga wanti-wanti, “Menjadi caregiver bipolar memang harus siap resikonya. Tapi menjadi bipolarnya juga harus mau membenahi diri. Jangan karena bipolar maka jadi merasa boleh marah-marah ndak jelas. Atau menjadikan para caregiver sebagai pelampiasan emosi. Tolong diingat, para caregiver inilah yang sekuat tenaga merawat dan memperhatikan kita saat kita relaps. Jadi kita juga harus belajar memberi dong. Bipolar harus mau belajar!”
Aniek memberi pehamanan, apa sebenarnya yang dinginan wanita dari pasangannya. “Wanita butuh banyak kalimat-kalimat peneguhan dan bukti, sekedar sebaris sapaan di pagi, siang dan malam hari. Butuh perasaan bahwa si wanita itu dibutuhkan keberadaannya, dan jaminan bahwa ketika si wanita itu ada sesuatu yang ingin diungkapkan atau sedang terbelit masalah, ada seseorang yang siap dengan bahu pereda dukanya.
Oh ya, kadang perempuan cuman butuh didengarkan ketika curhat, bukan mencari solusi (karena kalau wanita pinter, biasanya siap dengan sejuta solusi). Buat kenyamanan aja, bahwa ada yg memperhatikannya.
Saya tergoda nimbrung obrolan mereka yang sangat menarik.
“Obrolan ringan yang jujur dan inspiratif. Penuh canda namun bermakna. Menurut saya yang tak sepenuhnya memahami cinta, cinta yang tulus menyehatkan dan membahagiakan bagi yang memberi atau menerima. Oke lah, mungkin seorang bipolar butuh perhatian dan cinta berlebih, tapi bukan berarti bipolar tak bisa memberi. Seorang bipolar itu peka dan sensitif, artinya perasaannya lebih halus dan bisa lebih memahami perasaan orang lain, termasuk perasaan orang yang dicintainya.
Seorang bipolar juga akan banyak memberi kepada orang yang dicintainya. Labilitas moodnya yang kadang tak terduga dan mengejutkan justru akan membuat dia tak membosankan bagi pasangannya. Seperti kata sebuah iklan “Perempuan mudah bosan” (maaf bukan memojokan perempuan..:D..). Perempuan juga suka tantangan. Seorang bipolar akan sangat menarik dimata perempuan karena dia beda dari pria kebanyakan. Kata seorang pakar relationship, perempuan bukan ingin diperlakukan sepesial, tapi dia ingin menjadi spesial. Perempuan yang menjalin hubungan dengan seorang bipolar adalah perempuan sepesial.
Kekurangan kadang menjadi kelebihan bagi seseorang. Seorang bipolar punya kenunikan yang tak dimiliki orang lain.”
Heri Pureness, menyampaikan pendapatnya tentang cinta, “Kita pasti tanpa disadari pernah dibenturkan oleh waktu utk mencintai dan dicintai dlm ranah cinta yg lebih universal.. t'masuk didalamnya membangun sebuah relantionship yg tangguh di tengah keterbatasan mnjadi cerdas tanpa batas memaknai cinta itu sendiri...
Robi Krucil, yang masih menahan diri untuk menjalin hubungan cinta, menulis sebuah pengakuan yang berani, “Bipolar memang sangat tidak stabil. Untuk bipolar yang sangat ekstrem perubahan moodnya seperti saya, sangat tidak mudah menemukan pasangan yang cocok dan mengerti. Pada saat saya depresi, jangankan untuk mencintai, untuk bergerak saja saya susah, apalagi mencari nafkah.”
Robi juga membalas komentar saya, “Bisa mas Tarjum bayangkan apa jadinya rumah tangga saya dengan kondisi saya depresi? Lalu dikala saya manik, saya akan menjadi orang yang pemarah, sangat ambisius, tidak bisa diam, tidak bisa menolak godaan, dan lain sebagainya.
Saya Bipolar ekstrem Mas, dan saya ingin sembuh. Tapi untuk sementara, saya harus mengakui bahwa untuk diri saya, saat ini saya tidak bisa hidup berpasangan tanpa menyakiti pasangan saya.”
Saya mencoba memahami keengganan Robi untuk menjalin sebuah hubungan, walaupun seperti yang dia bilang, itu hanya sementara. “Saya ngerti apa yang Mas Robi Krucil rasakan saat ini walaupun tidak sepenuhnya. Saya aja yang kategori bipolar ringan sempat psimis, bisakah saya menikah dan punya keluarga dengan kondisi mental yang labil? Yang kadang untuk mengurus diri sendiri aja gak bisa?
Saya baru berani menjalin hubungan dengan wanita sekitar 5 tahun setelah kondisi mental saya menuju pemulihan. Ternyata selama itu, beberapa gadis menunggu saya (maaf bukan sok ganteng…walaupun sebenarnya lumayan ganteng..:D). Begitu saya mendekati seorang gadis, beberapa gadis lain yang saya kenal mencoba mendekati saya, bahkan ada yang cukup agresif, menyatakan cintanya lebih dulu. Artinya seorang bipolar dengan segala kekurangannya (saya lebih suka menyebutnya keunikan) sebenarnya punya daya tarik tersendiri di mata wanita.
Saya suka dengan pernyataan mas Robi, “untuk sementara…..”. Pernyataan yang positif dan optimis. Saya yakin walaupun mas Robi, belum menyatakan cintanya kepada seorang wanita…beberapa orang diam-diam menunjukan ketertarikannya pada Mas Robi. Bener gak mas? Hanya mas Robi yang tahu.”
Saya menanyakan hal yang agak sensitif kepada Islandria Gobed, “Klo boleh tahu....apa saja hal menarik dari Arie Dabo dimata dan hati Islandria, dari segi fisik, karakter dan kepribadian? ya...untuk bahan pembelajaran kita-kita para pria...:) Ari Dabo, mohon jangan geer dulu ya..:D
Islandria, dengan agak malu-malu, menjawab pertanyaan saya tentang Arie Dabo kekasihnya dengan diplomatis, “Hahaha.... apa ya Mas Tarjum. cannot explaining secara detail nih kalo begini...
Saya juga kadang-kadang bingung kok kenapa bisa bertahan.
Tapi Mas Robi lagi-lagi betul bahwa hati yang ikhlas, sabar, cinta yang penuh, segudang maaf, pengertian dan dompet yang tebel sangat diperlukan untuk menghadapi sang bipolar.
Robi Krucil juga membalas komentar saya tentang keunikan dan kelebihan seorang bipolar, “ Mas Tarjum, siapa bilang bipolar tidak punya fans Mas? Coba tanya sama Mas Arie Dabo, dia punya deretan fans yang bejibun sampe mbak'e Is (Islandria maksudnya) megap-megap... :D
Saya juga begitu.... Bipolar punya daya tarik tersendiri untuk wanita terutama pada saat mereka manik.
Tapi untuk masalah bertahan... itu lain soal. Karena itulah masalah cinta bagi seorang bipolar sangat rumit.”
Elma Marviani, seorang bipolar yang sudah berkeluarga dan punya anak, berbagi pengalaman.
“Aku Bipolar. Karena bipolar aku telah menyakiti sahabat aku yg hampir setengah hidupku bersahabat dengan dia.
Untuk masalah perceraian seorang bipolar memang tinggi. Dulu aku pernah mengalami hampir terpuruk dan jatuh ke perceraian. Alhamdulilah sekarang baik-baik. Memang gak gampang seorang bipolar untuk menjalani sebuah komitmen. Apa lagi seorang ibu seperti saya yg kadang ada kalanya aku pingin sendiri tanpa ada gangguan dari anak. Tapi itulah ujian yang harus dihadapi, gimana mengendalikan mood aku yg naik turun. Alhamdulilah sekarang dah jauh banyak berubah di banding waktu aku baru punya anak.
Memang sih gak bisa di pungkiri, kadang rasa malas atau rasa pinginmarah-marah masih ada. Akhirnya aku sekarang berusaha pingin menjadi seorang ibu yang baik bagi anakku. Itulah motivasi terbesar aku pingin sembuh dari bipolar.”
Aniek, masih dengan pendiriannya, “Saya harus mengakui bahwa untuk diri saya saat ini, saya tidak bisa hidup berpasangan tanpa menyakiti pasangan saya. Tanpa menyakiti dan tersakiti. Dengan kata lain agar tak saling melempar lara.”
Mengakhiri rangkaian komentar di statusnya, Robi melontarkan gurauan yang mengundang senyum namun cukup mengena, “Laki-laki bipolar adalah bayi yang terjebak dalam tubuh orang dewasa. Jadi tingkah lakunya seperti bayi, bisanya nangis, tertawa dan bermain.
Membaca komentar ini saya tersenyum tapi merenung, rasanya dulu saya pernah mengalami kondisi seperti itu.
Itulah tulisan tentang cinta seorang bipolar yang saya kutif dari status facebook Robi Krucil. Semoga tulisan ini bermanfaat, bisa memberi pemahaman dan inspirasi.
Mengakhiri tulisan ini saya hanya ingin mengatakan, “Setiap orang berhak mencintai dan dicintai, tak terkecuali seorang bipolar.”
Apa dan bagaimana arti cinta menurut anda? Silakan sampaikan di komentar.
Jika menurut anda artikel ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook.
Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.
Arti Cinta Bagi Seorang Bipolar
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"
Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.
Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.
Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar
Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.
Sinopsisnya silakan baca di sini.
Psikomemoar Seorang Bipolar
Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.
Sinopsisnya silakan baca di sini.
11 komentar:
mungkin bagi seorang Bipolar, kita akan dicap tidak mandiri, tergantung obat dan lebih banyak 'menerima' daripada memberi. Saya tidak setuju dengan hal itu. Saya pribadi, yang didiagnosa Bipolar, berjuang untuk meremukkan gambaran2 negatif itu, saya pribadi, berjuang untuk mandiri, tidak tergantung obat dan berusaha lebih 'memberi' daripada menerima. Terima kasih, adanya forum ini, bisa buat media komunikasi kita dan saling membutuhkan. Salam sehat jiwa.
Saya sedang jatuh cinta kepada seseorang, namun rasanya saya akan lupakan saja perasaan ini karena saya bipolar dan tak ingin merepotkan orang lain.
Saya berpikir untuk sendiri saja dan berpetualang melihat sekeliling dunia dan menjadi bebas tanpa membebani orang lain. Saya hanya tidak ingin kelak pasangan saya repot mengurusi saya yang bipolar ini karena bisa dibayangkan betapa kasihan dia, dia pun layak mendapatkan pasangan yang normal yang dapat membuatnya bahagia.
Saya sedang jatuh cinta kepada seseorang, namun rasanya saya akan lupakan saja perasaan ini karena saya bipolar dan tak ingin merepotkan orang lain.
Saya berpikir untuk sendiri saja dan berpetualang melihat sekeliling dunia dan menjadi bebas tanpa membebani orang lain. Saya hanya tidak ingin kelak pasangan saya repot mengurusi saya yang bipolar ini karena bisa dibayangkan betapa kasihan dia, dia pun layak mendapatkan pasangan yang normal yang dapat membuatnya bahagia.
suatu saat saya pengen sekali ke psikiater lalu minta rujukan untuk di tes laboratorium ttg kebenaran diagnosa bipolar saya entah berapapun biayanya saya tidak keberatan,kemanapun laboratorium itu berada dan secanggih apa mesin laboratorium itu terdapat akan saya tantang, saya akan jual tanah peninggalan ortuku 10 hektar utk membiyayai itu nilainya hampir Rp 50 milyar, rasanya masih jauh lebih berat dan besar biaya bila diharuskan minum obat seumur hidup tanpa alasan yg jelas.
Jika ingin berdiskusi dengan saya tentang bipolar langsung... Bisa Inbok ke Email saya... Nanti kita bisa tukeran nomer ponsel... Trims... robert69wibowo@gmail.com
Jika ingin berdiskusi dengan saya tentang bipolar langsung... Bisa Inbok ke Email saya... Nanti kita bisa tukeran nomer ponsel... Trims... robert69wibowo@gmail.com
Mas robert, pasangan gay saya bipolar, dan saya perlu byk belajar memahami cara menghadapi nya.. Saya sudah 2thn dgn nya, namun disaat saya tdk bisa berbuat apa2 utk nya, saya bingung..
Saat ini saya sedang jatuh cinta kepada seseorang bipolar,ingin rasanya membantu menyembuhkan atau sekedar menyembuhkan hanya sesaat tetapi saya tidak tau apa yang harus saya lakukan? Saya hanya bisa memberi semangat dan perhatian lebih menurut saya itu kurang baginya, saya harus melakukan apa saja agar perubahan mood di dirinya berkurang selain perhatian khusus ? Setiap malam dan waktu kosong saya hanya di gunakan untuk membaca artikel artikel tentang bipolar, saya melakukan itu semua agar saya tau apa yg harus saya lakukan ketika saat di down dan Maniak. Saya butuh masukan dan arahan dari semua orang hal apa saja yg harus saya lakukan ? Terima kasih
saya seorang caregiver. saya diputusin dia yang bipolar. sangat mendadak. memang kesalahan saya wkt itu, saya bikin dia marah, saya bikin dark side yang udah lama terkubur jadi bangkit lg. memang salah saya. saya hanya gak sangka aja, dia sangat2 sayang saya, i can really feel it, dia bener2 luar biasa buat saya, perlakuan dia ke saya bener2 membuat saya merasa kayak putri raja. memang selama kami berpacaran, selalu aja muncul kesedihan2 trauma masa lalunya, jujur kadang saya capek dengan bipolarnya, tp saya selalu nutupin, saya ga mau bikin dia makin sedih, dan saya memang mencintai dia, bipolar bukan masalah besar untuk saya, saya masih bisa menerimanya yg seperti itu. Tapi saya ga sangka, rasa sayang dia ke saya bener2 musnah, sedikit pun gak tersisa. Perubahan perasaanya bener2 luar biasa ekstrim. Saya sayang dia, saya menerima dia, tapi dia membuang saya, salah saya memang sering bikin dia down. Sama sekali ga ada maaf buat saya. Saya nyesel, omongan saya sedikitpun ga di dengar. sedih banget kehilangan dia.
Pasangan saya tidak menerima kondisi saya yang menderita bipolar. Saya sama sekali tidak berniat menyakitinya bahkan selingkuh dr dia, saya hanya ingin balas dendam atas perbuatan seseorang yg pernah ada di masa lalu saya. Saya memang mungkin sering keterlaluan kepada pasangan saya dgn membentak" dia dan semacamnya. Tp saya sungguh mencintai dan tidak ingin kehilangan dia. Sebenarnya saya sudah pernah test dan mengkonsumsi obat penenang, tp hanya sekali dan tidak saya lanjutkan lg. Saya merasa saya bisa mengatasi semuanya sendiri tanpa harus rutin berobat ke dokter. Saya pun merasa saya lupa klo saya menderita gangguan bipolar begitu pun dgn kekasih saya. Tapi hal" yg terus-menerus terjadi pada diri saya dan akhirnya membuat saya stres berat, membuat saya ingat kembali bahwa saya mengalami gangguan bipolar, tp tidak dgn kekasih saya. Dia justru meninggalkan saya dan saya amat begitu kecewa jg sedih. Rasanya hidup ini sangat hampa tanpa dia. Apakah nantinya hal ini dapat memicu saya untuk melakukan hal", di luar batas kendali saya? Krna saya sering melakukan segala sesuatu secara tidak sadar apalagi dalam keadaan saya saat ini yg sedih begitu mendalam. Saya bingung harus bagaimana. Tolong bantu saya. Terima kasih.
Saya seorang caregivercaregivercaregiver .Pasangan saya sering kali berubah mood secara mendadak dan jika dia sudah emosi akan berubah menjadi sosok yg ekstrim .Tak jarang kalimat makian yg kasar keluar dari bibirnya .Sering kali saat dia stress akan satu hal smua yg ada di dekatnya jadi pelampiasan emosinya. Kadang saya sedih, merasa ingin menyerah , tapi satu sisi rasa sayang saya pada dia sangat tulus. Cuma kadang saya bingung harus berbuat apa saat pasangan saya sedang mengalami emosi yg ekstrem , karena saat seperti itu ketika saya berusaha mengajaknya komunikasi yg ada selalu salah dan berujung pada pertengkaran . Terkadang saya cuma bisa diam membiarkan dia seperti di dalam gua dengan kesendiriannya .Tapi saya takut ,mendiamkan dia terus2 an malahakan berdampak buruk bagi hubungan kami. Apakah mungkin ada yg bisa bantu beri solusi.
Posting Komentar
Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.