Hari Minggu, 10 Zulhijjah 1432 Hijriah (6/11/2011) yang lalu, umat Islam merayakan Idul Adha atau disebut juga Hari Raya Kurban.
Disebut hari raya kurban, karena ritual ibadah yang dilaksanakan setiap tahun ini diilhami oleh kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah menyembelih putra tercintanya, Ismail.
Apakah Allah menyuruh hambanya menyembelih hewan kurban hanya sebatas ritual ibadah untuk mengenang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail? Saya kira tidak!
Banyak hikmah dan pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah luar biasa Bapak para nabi ini. Salah satunya yang berkaitan dengan ODB/ODMK, akan saya jelaskan di artikel ini.
Kisah Penyembelihan Ismail
Suasana menegangkan menjelang penyembelihan Ismail digambarkan dengan sangat baik dan menyentuh dalam sebuah artikel di blog Mimbarjumat.com yang saya kutif di bawah ini.
Tak terbayangkan suasana tatkala Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah Allah. Haru-biru dan menegangkan bergejolak dalam jiwa sang ayah yang begitu cinta pada anak semata wayangnya. Keraguan pun terkadang menggelayuti di dalam benak Ibrahim.
Namun setiap kali setan datang menghampiri, segera ia tepis dan meminta perlindungan kepada Allah. Ibrahim dan Ismail pun berserah diri, Kecintaan Ibrahim pada Allah telah mengalahkan kecintaan pada anaknya.
Begitu juga kecintaan Ismail pada Allah mengalahkan kecintaan pada dirinya sehingga rela mengorbankan nyawanya.
Maka dimulailah pelaksaan perintah Allah sebagaimana firman-Nya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya.“(QS. ash-Shoffat:103)
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ia (Ibrahim) telungkupkan ke tanah untuk disembelih dari arah tengkuknya tanpa melihat wajahnya saat disembelih agar lebih ringan bagi perasaannya.”
Ketika telah sempurna merebahkan putranya dan mata pisau mulai dipancangkan untuk di ayurikan ke leher Ismail. Saat itu Allah mengetahui kejujuran Ibrahim dan Ismail.
Allah berfirman memuji Ibrahim. “Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik’. ” (QS. ash Shaffat: 104-105)
Akhirnya Allah pun menjadikan jalan keluar dari ujian mereka berdua. Allah ganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar.
Allah berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. ash-Shaffat:104-105).
Itulah kutifan kisahnya. artikel selengkapnya silakan anda kunjungi blog Mimbarjumat.com.
Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik dari Kisah ini, khususnya bagi ODB/ODMK?
Kadang Allah menguji Iman dan Ketaatan hambanya seperti saat menguji Nabi Ibrahim dengan menyuruh menyembelih putra tercintanya, Ismail.
Sampai detik-detik terakhir seolah Allah benar-benar menginginkan Nabi Ibrahim menyembelih Ismail. Namun setelah Ibrahim menunjukan keteguhan iman dan ketaatan menjalankan perintah-Nya, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.
Begitu pula dalam perjalanan hidup kita. Kadang ada saat seolah-olah Allah membiarkan kita dalam penderitaan. Allah tak peduli dengan segala ikhtiar kita. Allah tak mendengar do,a-do’a kita. Seolah-olah jurang kehancuran hanya selangkah lagi di depan kita.
Pada titik inilah biasanya keputus-asaan menyergap, harapan memudar dan keraguan atas kemaha kuasaan-Nya menyelinap di lubuk hati. Kita merasa seperti berada di ruang hampa yang sunyi, gelap dan menakutkan. Tak ada siapa pun yang bisa mengerti dan menolong kita. Bahkan Tuhan pun tak ada. Dalam kondisi seperti ini, jalan kematian seakan menjadi satu-satunya pilihan untuk mengakhiri derita jiwa.
Diantara ODB/ODMK mungkin pernah mengalami suasana hati seperti ini.
Namun, jika kita bertahan, bersabar, terus berusaha, tak berhenti berdo’a dan tak berburuk sangka kepada-Nya, pada detik-detik akhir pertolongan-Nya akan datang. Lalu Allah mengangkat kita dari lembah keterpurukan.
Saat itulah kita baru sadar, bahwa Allah mendengar do’a-do’a kita, melihat ikhtiar kita dan sayang kepada kita.
Tentu saja kita tak bisa hanya duduk berpangku tangan mengharap pertolongan-Nya datang, walaupun itu bisa saja terjadi dan mudah saja jika Allah menghendaki. Untuk mendapatkan pertolongan-Nya kita wajib ikhtiar, mengerahkan segala daya yang kita miliki. Sambil tetap berbaik sangka kepada-Nya dan tak berputus asa mengharap pertolongan-Nya.
Setelah berusaha maksimal, selebihnya barulah kita serahkan segala urusan kepada-Nya, bersabar dan bertawakal mengharap pertolongan dan ridha-Nya.
Saya bersyukur--atas kehendak dan kasih sayang-Nya--bisa melewati saat-saat paling sulit dalam hidup saya. Saat-saat ketika saya seakan berada di dasar lembah keterpurukan, ketika harapan hampir sirna dan keputusasaan menguasai diri.
Allah maha melihat, maha mendengar, maha pengasih dan penyayang kepada hamba-hambanya. Pertolongan Allah itu dekat, hanya kita yang sering tak menyadarinya. Allah akan menolong hambanya disaat yang tepat, karena Dia maha tahu apa yang terbaik untuk hambanya.
Hikmah apa yang anda petik dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail? Silakan berbagi di komentar walau hanya dengan sebaris kalimat.
Jika menurut anda artikel ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook.
Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.
Hikmah Apa yang Bisa ODB Petik dari Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail?
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"
Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.
Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.
Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar
Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.
Sinopsisnya silakan baca di sini.
Psikomemoar Seorang Bipolar
Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.
Sinopsisnya silakan baca di sini.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.