Untuk Apa Saya Berbagi Pengalaman dan Pemahaman Bipolar?

Saya senang bisa berbagi pengalaman dan pemahaman bipolar di blog, facebook, twitter, google+ dan media sosial lainya.

Saya senang bisa berbuat sesuatu untuk orang lain.

Dengan berbagi saya tak bermaksud membanggakan diri.

Saya juga tak bermaksud mengajak dan mempengaruhi siapapun untuk mengikuti cara saya menangani bipolar yang mungkin unik dan berbeda.

Lalu untuk apa saya berbagi pengalaman dan pemahaman bipolar di dunia maya dan dunia nyata?

Pertama-tama adalah sebagai media terapi untuk diri saya sendiri. Menuliskan pengalaman saya di media online, ibarat melepaskan tutup botol dan mengeluarkan jin yang terkurung di dalamnya. Dengan menulis apa yang saya ingat dan pikirkan, saya seperti menata memori pikiran saya dan membuatnya lebih teratur.

Kalau begitu, saya egois dan hanya mementingkan diri sendiri? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tapi bukankah pada dasarnya setiap orang itu lebih mementingkan diri-sendiri. Mengutamakan kepentingan diri-sendiri sebelum kepentingan orang lain.

Apakah hanya untuk itu saya berbagi? Tentu tidak!

Dengan berbagi, sebenarnya saya bukan hanya memberi, tapi di saat yang sama juga menerima. Rasa senang dan bahagia karena bisa berbuat sesuatu untuk orang lain, itulah yang saya terima dan rasakan ketika berbagi.


Pemulihan Bipolar Saya Dibantu Banyak Orang

Walaupun saya pulih dari bipolar dengan cara saya sendiri, bukan berarti saya tak butuh bantuan atau tak pernah dibantu orang lain. Banyak orang yang telah membantu proses pemulihan bipolar saya.

Saya memang tidak pernah konsultasi langsung dengan psikolog klinis atau psikiater selama saya bergulat dengan bipolar, karena situasi dan kondisi waktu itu yang tak memungkinkan. Tapi, saya konsultasi dan belajar dari tulisan-tulisan mereka di buku, majalah, surat kabar dan internet.

Dari tulisan-tulisan merekalah saya bisa memahami gangguan bipolar yang saya alami. Dari tulisan-tulisan mereka pula saya menemukan solusi penanganan bipolar. Sampai akhirnya saya bisa pulih dari gangguan jiwa yang telah membelenggu saya selama bertahun-tahun.

Jadi, setelah saya pulih dari gangguan bipolar, sudah selayaknya saya juga membantu orang lain yang mengalami gangguan serupa.

Dari tulisan-tulisan di media online dan offline itulah saya berharap bisa berbagi dan membantu teman-teman yang masih bergumul dengan gangguan bipolar. Semampu saya tentunya.

Bagaimana Cara Saya Membantu Mereka?

Ketika ada seseorang yang curhat atau menanyakan kepada saya, apakah dia mengalami gangguan bipolar? Sebelum memberi jawaban dan penjelasan lebih lanjut, biasanya saya bertanya dulu, apakah dia sudah konsultasi dengan psikiater atau belum?

Jawaban mereka beragam, ada yang belum pernah konsultasi. Ada yang sudah konsultasi tapi belum jelas diagnosa gangguannya. Ada juga yang sudah konsultasi dan menjalani pengobatan sesuai anjuran psikiaternya.

Yang belum konsultasi dengan psikiater, saya anjurkan untuk konsultasi dulu agar diketahui dengan akurat jenis gangguannya. Yang sudah konsultasi, saya anjurkan mengikuti dan menjalankan petunjuk pengobatan dari psikiater yang merawatnya.

Saya jelaskan pada mereka, bahwa saran-saran yang saya sampaikan adalah saran-saran non medis. Karena saya bukan psikiater, psikolog atau profesional keswa. Apa yang saya sampaikan berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan pemahaman saya tentang bipolar. Berdasarkan hal-hal itu pula saya menulis di blog dan situs media sosial.

Saya tidak mengatakan bahwa terapi pemulihan yang saya jalani adalah yang terbaik. Karena beragamnya penyebab, gejala dan tingkat gangguan bipolar yang dialami setiap orang, cara penanganannya pun tentunya berbeda-beda. Terapi yang cocok untuk saya, belum tentu cocok untuk orang lan.

Berbeda Jalan namun Tujuannya Sama

Saya juga tak ingin memperdebatkan soal ODB yang menggunakan obat atau tidak. Perdebatan hanya akan memperuncing perbedaan dan membuat dua pihak yang berdebat meresa tidak nyaman. Lebih baik saling memahami dan mencari titik temu di antara keduanya.

Meski demikian, kita tetap harus memberi ruang kepada yang menggunakan obat atau tidak untuk berbagi pengalaman pengobatannya. Untuk mencari titik temu dan mencari tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Walaupun berbeda pendapat, cara dan jalan, namun tetap saling menghargai dan menerima perbedaan, karena kita punya arah dan tujuan yang sama, mencari solusi terbaik penanganan bipolar.


Jadi, mari kita bersama-sama mencari solusi terbaik penanganan gangguan bipolar. Mengembangkan terapi dan pengobatan yang sudah ada sambil terus mencari dan menggali metode-metode pengobatan baru yang lebih baik.

Jika anda punya pengalaman dan pemahaman yang unik atau sesuatu yang baru tentang bipolar, silakan berbagi di komentar. Walaupun hanya sebaris kalimat, pendapat anda sangat berarti.

Jika menurut anda artikel ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook.

Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.

    





Bookmark and Promote!

8 komentar:

Anonim mengatakan...

saya senang ada blog solusi bipolar, saya juga sudah lama ingin menceritakan pengalaman saya mengenai bipolar. kalau sedang ada inspirasi saya selalu menuliskan yang saya pikirkan di dyari, tapi kadang saya butuh komentar dari seseorang tentang apa yang saya tulis, dengan adanya media seperti ini mungkin sarana bagi siapa saja yg ingin berbagi tentang bipolar. tapi kadang perasaan saya berubah2 setelah menulis dan membacanya kembali kadang saya menyesal mengapa saya harus menulis hal itu, padahal yang saya rasakan saat menulis adalah menumpahkan curahan hati yang mengganjal di hati saya! semoga blog ini bisa bermanaat dan memberi semangat bagi para penderita bipolar!

Anonim mengatakan...

saya kira janganlah membesarkan pengistilahan BIPOLAR, anda tidak akan mengerti batas2 istilah diagnosis ini dg jelas,semua akan dibuat kabur, pengistilahan ini tak lebih hanya sebuah ideologi barat (amerika dlm buku manual psikiatrinya) yg tak lebih hanya sarana bisnis jahat tak bertanggung jawab dari para pelaku profesi dan pabrik obat, anda akan tercengang ketika melihat betapa mereka tak mau mendiagnosa sakit perubahan otak akibat obat (iatrogenesis), semua para profesi itu hanya selalu menyalahkan dan menyalahkan sipenderita, yg pada akhirnya tetap akan terus dan terus meminum obat resepnya, padahal obat itu dlm selubung BERBAHAYA

Anonim mengatakan...

seorg prof psikiatri senior Indonesia yg telah meninggal beberapa bulan lalu, pernah bilang dlm tulisannya: "selama ini coba hitung berapa prosentase pasien yg berhasil disembuhkan dan berapa yg gagal?, kita jngnlah ikut2an dg proyek orang lain, yg dibutuhkan sekarang adalah mencari cara dan obat yg bisa menyembuhkan pasien. kenyataanya hingga sekarang orang yg demensia ya tetep demensia yg psikotik ya tetep psikotik, yg depresi ya tetep depresi, ini tanggung jawab kita..." kurang lebih begitu isinya...

Tarjum mengatakan...

@Anonim 1,
Silakan jika anda mau sharing pengalaman dan isi hati anda di blog ini. Pengalaman anda mungkin bisa menjadi pembelajaran dan perbandingan untuk yang lain. Klo Tulisan anda cukup panjang, silakan kirim ke email saya (sivalintar@yahoo.com) untuk posting blog ini.

Tarjum mengatakan...

@Anonim 2,
Terima kasih atas paresiasi kritisnya untuk artikel ini. Saya tak bermaksud membesarkan pengistilahan bipolar. Tapi inilah salah satu istilah yang sekarang digunakan untuk mendefinisikan gangguan mood, sehingga kita bisa saling memahami dan mengidentfikasi satu sama lain.

Jika menurut anda istilah "Bipolar" ini hanya digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, istilah apa yang sebaiknya digunakan?

Jika obat/pengobatan yang selama ini digunakan hanya menguntungkan produsen obat, obat dan metode pengobatan seperti apa yang paling tepat untuk mengatasi gangguan mood tersebut?

Anonim mengatakan...

Pak Tarjum,.
Pak Tarjum, tentu sudah melewati pengalaman menyandang kejiwaan yg sementara diistilahkan bipolar, apakah smpyn merasakan hal yg baik selama anda dalam proses penyembuhan yg menurut smpyn tanpa obat??, coba terangkan pada publik. dan apakah sampyan juga mengalami penyembuhan dg bantuan obat resep dari psikiater??? setau saya sampyan belum pernah khan?? cobalah tanyakan n klo perlu isi artikel ini dg orang2 yg mengalami pengobatan dg psikotropika resep.

Tarjum mengatakan...

Sobat Anonim,
Soal pengalaman terapi alamiah penanganan bipolar, sebenarnya sudah saya tulis di beberapa artikel di blog curhatkita, ini salah satunya link artikelnya: http://curhatkita.blogspot.com/2008/12/terapi-alamiah-penanggulangan-manic.html.

Sudah dibahas juga di buku psikomemoar saya "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah".

Dibahas lebih mendalam di ebook "Berdamai dengan Bipolar" yang Insya Allah akan rilis 2 Januari 2012.

Saya senang sekali jika anda berkenan membaca artikel-artikel tentang bipolar si blog ini, blog Curhatkita, buku psikomemoar bipolar saya dan di ebook saya nanti.

Dari tulisan-tulisan saya itu mungkin anda bisa menemukan 'benang merah' pemahaman dan pemikiran saya tentang penanganan bipolar dan gangguan kejiwaan secara umum.

Saya tunggu apresiasi anda selanjutnya :)

Anonim mengatakan...

si anonim 2 ga pernah mengalami gangguan jiwa jadi ngomongnya sembarangan, coba klo dia yang mengalami

Posting Komentar

Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?

Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.



Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar

Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.

Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.

Sinopsisnya silakan baca di sini.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code