Artikel Bipolar di Reader’s Digest Indonesia

Hari ini, majalah Reader’s Digest Indonesia (RDI) edisi Desember 2011, yang dikirim seorang teman yang baik hati di Bandung sudah sampai di tangan saya.

Tak sabar, saya segera mencari di daftar isi majalah mungil tersebut.

Apa yang saya cari?

Artikel tentang Gangguan Bipolar berjudul “BIPOLAR di Sekitar Kita” yang ditulis redaktur RDI, Wiko Rahardjo, sepanjang 6 halaman (halaman 68 – 73).

Apa istimewanya artikel bipolar ini bagi saya? Artikel ini mengutif tulisan-tulisan dan cerita bipolar saya di blog Curhatkita dan buku psikomemoar saya.

Gambar ilustrasi dan judul artikel bipolar (saya jadikan ilustrasi artikel ini) yang juga diposting di halaman facebook RDI ini, mengundang komentar kritis dari teman-teman ODB.

Berikut salah satu komentar kritis teman ODB :

“Kok sugesti yg ditimbulkan dari cover ini malah cenderung bikin orang waspada/berpikir negatif duluan ke si bipolar ya :|”

“Kesannya kayak judul "Hipnotis di sekitar kita.." atau "Rampok di sekitar kita.." etc :p yang gini-gini nih yang bikin subur stigma.”


Nah, agar tidak salah faham dengan tampilan ilustrasi, judul dan headline-nya, berikut review artikelnya.

Artikelnya ternyata tak seseram ilustrasi, judul dan headline-nya. Dalam dunia jurnalistik, ilustrasi dan judul artikel kadang dibuat sedemikian rupa untuk memancing rasa penasaran pembaca. Tampaknya begitu pula maksud redaksi RDI dengan tampilan ilustrasi, judul dan headline artikel bipolarnya.

Artikel tersebut diawali dengan kutifan cerita bipolar saya.

Dua puluh tahun yang lalu, di tanah lapang Desa Wanakerta, Subang, Jawa Barat, Tarjum asyik menyabit rumput untuk kebutuhan pakan ternak peliharaanya. Tiba-tiba cipratan air mengenai lengannya. “Saya langsung berpikir, jangan-jangan itu cipratan air kencing anjing,” kenang Tarjum saat ini.

Sebagai muslim ia langsung membasuh tangannya. Namun ketakutan terkena najis dari air kencing anjing –yang sebetulnya belum terbukti benar—terus mendera batinnya selama berhari-hari.

Artikel itu selanjutnya menceritakan ketakutan dan pemikiran-pemikiran saya yang tak masuk akal ketika saya berada dalam fase depresi. Lalu digantikan oleh pasangannya fase manic/hipomanic.

Artikel ini juga mengutif pendapat narasumber ahli, Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ (K), psikiater dari Klinik Empati, Departemen Psikiatri , RSCM, Jakarta.

Dalam ilmu kejiwaan, apa yang dialami Tarjum itu disebut bipolar. “Ketidak seimbangan suasana hati yang dialami penderitanya.” Secara harfiah bipolar berarti dua kutub. Suasana hati pengidap bipolar terbagi dalam dua kutub depresi dan manic yang datang secara bergantian. Demikian penjelasan Nurmiati Amir.

Penjelasan tentang ciri-ciri gejala, penyebab dan cara-cara penanggulangan bipolar yang cukup lengkap dan mendalam, disampaikan dengan bahasa yang mudah difahami bahkan oleh orang yang belum mengenal gangguan bipolar sekalipun.

“Yang harus disadari adalah pengidap bipolar tidak bisa disembuhkan, namun bisa diarahkan untuk mampu mengendalikan suasana hatinya,” jelas Nurmiati Amir. Hal itu karena sudah ada kerusakan dalam jaringan otaknya.
Saya menghargai pendapat ini walaupun sebenarnya kurang setuju.

Nurmiati Amir juga menganjurkan penggunaan obat-obatan untuk penyeimbang mood, seperti Depakote dan obat-obatan jenis antipsikotis lain.

“Perhatian keluarga dan orang-orang terdekat sangat penting,” kata Nurmiati. Karena pada dasarnya, pengidap bipolar membutuhkan tempat untuk berbagi dan mencurahkan isi hatinya.

Tarjum kini sudah merasa sangat lega setelah mampu mengendalikan suasana hatinya. Ia juga merasa sangat beruntung karena memiliki ayah yang tanpa lelah mendengarkan curahan hatinya.

“Pengidap bipolar tidak menakutkan, mereka hanya butuh teman.” Demikian RDI mengakhiri artikel bipolar tersebut.

RDI juga mempromosikan blog Curhatkita dan buku psikomemoar saya “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah” di bagian akhir artikelnya. Terima kasih RDI :)

Jadi setelah saya baca, artikelnya ternyata jauh dari kesan seram dan provokatif seperti ilustrasi dan judulnya. Malah artikel ini memberi gambaran dan penjelasan yang cukup memadai tentang gangguan bipolar.

Semoga artikel-artikel seperti ini bisa memberi pemahaman yang proporsional tentang gangguan bipolar kepada publik.

Artikel selengkapnya silakan baca di RDI edisi Desember 2011 :)

Jika menurut anda artikel ini menarik dan bermanfaat silakan share di twitter, facebook dan Google+.

Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.

    





Bookmark and Promote!

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?

Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.



Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar

Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.

Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.

Sinopsisnya silakan baca di sini.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code