Penyakit jiwa, sampai saat ini masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya.
Masyarakat kita menyebut penyakit jiwa pada tingkat yang kronis seperti hilang ingatan, dengan sebutan yang sangat kasar seperti: gila, sinting atau otak miring (OTM). Istilah gila menurut seorang psikolog sudah tidak dipakai lagi dalam dunia psikologi. serta sebutan-sebutan kasar lainnya.
Salah kaprah pengertian dan pemahaman tentang penyakit jiwa ini, mungkin karena ketidaktahuan masyarakat pada masalah-masalah kejiwaan dan kesehatan mental. Ketidaktahuan ini mengakibatkan persepsi yang keliru, bahwa penyakit mental merupakan aib bagi si penderita maupun bagi keluarganya. Sehingga si penderita harus disembunyikan atau dikucilkan, bahkan lebih parah lagi, ditelantarkan oleh keluarganya.
Selain itu, ada anggapan keliru di masyarakat bahwa penderita gangguan jiwa hanya mereka yang menghuni rumah sakit jiwa atau orang sakit jiwa yang berkeliaran di jalanan. Padahal gangguan jiwa bisa dialami oleh siapa saja, baik disadari ataupun tidak. Orang yang tampaknya sehat secara fisik pun bukan tidak mungkin sebenarnya menderita gangguan jiwa dengan kadar yang ringan.
Sebenarnya apa sih bedanya orang yang sakit jiwa dengan orang yang sakit fisik? Sama-sama menderita sebenarnya! Bahkan derita jiwa jauh lebih berat dan menyiksa dibanding derita fisik yang paling berat sekalipun.
Lalu adakah alasan yang logis dan rasional untuk merasa malu karena seseorang atau anggota keluarganya menderita kelainan jiwa? Sama sekali tidak ada! Tidak ada alasan untuk merasa malu karena menderita gangguan jiwa, ini hanya masalah persepsi.
Tempat terbaik bagi penderita gangguan jiwa bukan di panti rehabilitasi mental atau di rumah sakit jiwa, apalagi ditelantarkan di jalanan, tapi berada di tengah-tengah keluarganya, diantara orang-orang yang dicintai dan mencintainya.
Yang mereka butuhkan selain pengobatan medis adalah perhatian, pengertian, dukungan, cinta dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang tulus keluarga dan orang-orang terdekatnya akan sangat membantu proses pemulihan kondisi jiwanya.
Jika menurut anda artikel ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook.
Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.
6 komentar:
Stigma negatif gangguan jiwa masih melekat kuat di masyarakat kita sampai saat ini. Perlu usaha keras dan kerjasama semua pihak untuk mengikis stigma negatif ini.
apakah ODS dan ODB bukan stigma???, lambat laun tetep sama saja artinya dg gila tak waras miring dsb,... ODS ODB dst itu bikinan siapa?? dan untuk apa?? dan bagaimana cara solusinya?? tentu harus nurut dg yg buat istilah stigmatis tsb.
kita tak sadar bahwa 'OTAK' adalah ladang bisnis yg sangat menggiurkan bagi siapa saja yg mencoba mengulasnya meski seringkali berbau celaka-berbahaya dan menyesatkan, kenapa? krn hingga saat ini semua pengetahuan manusia ttg OTAK masih mendekati angka NOL besar,... terutama psikiatri dan psikofarmaka.., pengetahuan yg masih mendekati NOL itu apakah bisa dipertanggungjawabkan??? emmm sama sekali tidak...
Makasih atas komentar kritis dan masukannya. Saya hargai pendapat anda. Sepertinya anda seorang aktivitis atau profeional kesehatan jiwa. Jadi apa menurut anda solusi terbaik untuk penanganan gangguan jiwa, khususnya bipolar? Bagaimana pula sebaiknya kita menyebut atau mendefinisikan ODB, ODS, ODMK agar tidak menstigma?
Pak Tarjum, soal solusi janganlah dipaksakan ditengah minimnya pengetahuan ttg OTAK/kejiwaan manusia, krn kita mesti sadar bhw pengetahuan yg masih dalam taraf awal-prematur sangatlah tidak etis diterapkan dlm praktik medis secara luas utamanya psikofarmaka,
Otak adalah organ yg sngt fantastis, 1 milyar sel neuron dg 100 milyar sambungan dendrites membayangkannya ibarat seluruh pohon dan akrnya diseluruh hutan amazon, Ia organ yg mempunyai kemampuan adaptasi yg menakjubkan, sadarkah kita bila LINGKUNGAN dingin kita kedinginan siapakah organ yg bertanggungjawab utk mengatasinya??? Jwbnya Otak,, itu contoh kecil. lalu bicara kemampuan dan kecerdasan manusia yg semakin hebat dari manakah didapat???, dari lingkungan yakni dg cara belajar dan latihan... bukan dengan “obat cerdas” ya khan pak??? , wal hasil manusia berubah menjadi lebih baik sudah menjadi sunnatullah harus melewati proses panjang melalui interaksi dengan LINGKUNGANnya, semoga ini menjadi pencerahan kita semua, dan menjauhkan kesombongan kita dimata kekuasaan Tuhan.
Sobat Anonim,
Menarik sekali pendapat anda. Anda memiliki pemahaman yang mendalam tentang otak.
Klo anda berkenan mohon kontak saya via email (sivalintar@yahoo.com). Ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan anda.
Terima kasih sebelumnya.
Posting Komentar
Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.