Komentar Kritis untuk Dialog Kritis tentang Bipolar

Ternyata banyak komentar kritis untuk artikel “Dialog Kritis tentang Solusi Penanganan Ganngguan Bipolar”

Artikel tersebut saya share di facebook, twitter, linkedIn dan Google+.

Komentar-komentar kritis tersebut ada yang langsung ditulis di blog, di grup facebook “Solusi Bipolar”, “Bipolar Indonesia”, “Publikasi Psikiatri Indonesia (PDSKJI)” page fb “Blog Curhatkita” dan pesan facebook.

Mereka yang ikut urun rembug dan memberi komentar juga beragam: ODB, caregiver, aktivis keswa, profesional keswa dan psikiatri.

Untuk apa saya mengangkat topik ini melalui blog dan sharing di situs jejaring sosial?

Bukan untuk memperdebatkan suatu masalah atau memperuncing beda pendapat tentang salah satu masalah kesehatan jiwa.

Tapi untuk menjernihkan masalah dan mencari titik temu. Tujuan utamanya, sesuai nama dan tema blog ini “Solusi Bipolar”, untuk mencari dan menemukan solusi terbaik penanganan gangguan bipolar.

Jadi walaupun berbeda pendapat kita tetap saling menghargai, karena tujuan kita adalah untuk mencari solusi.

Berikut komentar-komentar kritis untuk artikel “Dialog Kritis tentang Solusi Penanganan Ganngguan Bipolar”

Komentar dan dialog dengan profesional keswa dan psikiatri yang tergabung di grup facebook “Publikasi Psikiatri Indonesia (PDSKJI)”


R Surya Widya:
Obat-obatan memang hanya mengurangi gejala, tidak pernah menyembuhkan secara total, juga memberikan efek samping yang tidak enak.


Tarjum:
Makasih dok atas komentarnya. Jadi bagaimana menurut anda penanganan terbaik untuk gangguan bipolar? Karena pemahaman sebagian besar ODB tentang hal ini masih minim.


R Surya Widya:
Dalam keadaan akut, terapi psikofarmaka adalah suatu keharusan, setelah itu masih banyak model terapi yang lain bisa membantu pasien menjadi lebih baik.


Andri Andri:

Ada beberapa aliran Anti-Psychiatry yang memang berkembang di dunia ini, salah satunya juga menampilkan penelitian-penelitian dan pasien-pasien yang "gagal" diobati.

Saya memahami apa yang ditulis oleh Anonim, mungkin beliau melihatnya dari segi betapa industri farmasi telah berkembang luas, yang tidak beliau pikirkan apakah dengan memakan obat ada perubahan dalam kualitas hidup orang tersebut, mungkin tidak dikategorikan "sembuh" tetapi akan ada perbaikan dan membuat keluarganya lebih baik. Saya rasa itu suatu kesembuhan. Thanks pak Tarjum Sahmad sudah berbagi. Salam.


Tarjum:
Makasih informasinya dr Andri, ini menambah wawasan saya tentang dunia psikiatri dan kesehatan jiwa.


Satti Raja Sitanggang:
Perlu usaha,waktu, tenaga dan dana. Yang tidak kalah penting kerja sama untuk membuka wawasan masyarakat termasuk praktisi kesehatan tentang kesehatan jiwa.

Bagaimanapun obat tetap diperlukan sesuai indikasi,tepat dosis, tepat sasaran dan sebisanya terjangkau karena sesuai yang saya dapat di kuliah, faktor biologi sangat berperan dalam bipolar walau hal yang tidak kalah penting tentu saja dibarengi psikotherapi yang sesuai.

Jalan masih panjang, tergantung apa kita mau lanjut sampai akhir atau menyerah. Dan menurut saya kita harus lanjut.


Tarjum:

Makasih sharingnya Pak Satti.
Memang selama ini, terutama mereka yang belum terjangkau informasi yang memadai tentang keswa, belum memahami bahkan belum tahu bahwa gangguan jiwa seperti Skizofrenia dan bipolar bisa ditangani secara medis. Mereka yang tahu pun masih merasa khawatir tentang efek samping dan efek kecanduan dari obat. Ini mungkin yang masih perlu sosialisasi.


Khairi Sembiring:
Bagi kami, saya khususnya, yang diobati pakai psikofarmaka itu yang terganggu fungsinya, kemudian dengan psikofarmaka (dan terapi lainnya selain psikofarmaka) itu, fungsinya menjadi lebih baik, kehidupannya menjadi lebih berarti.

Mengenai efek samping obat, itu juga kita pikirkan, kita pilih mana yang terbaik dari kondisi pasien, dengan dibiarkan tanpa obat, atau diobati dengan resiko ada sedikit efek samping obat.

Kalau yang gak perlu obat, ya ngapain juga dikasih obat, apalagi kalo yang didapat hanya efek sampingnya, itu namanya iatrogenik. Makanya jadi dokter itu bisa memudahkan orang masuk sorga, tapi sebaliknya kalau gak hati-hati, bisa menyemplungkan ke neraka, karena kalo sering buat kesalahan di kumpul-kumpul itu jadi banyak, kan dokternya yang tanggung itu semua. Jadi kalo kita debat terus antara yang pro obat dan tidak....tanpa memahami kaedah-kaedah yang logis, yang berguna untuk kehidupan, yang ilmiah, bisa-bisa kontra produktif.

Tarjum :
Mbak Khairi Sembiring terima kasih atas komentar dan urun rembugnya.

Komentar-komentar kritis seperti yang saya posting di blog ini sebenarnya sering saya terima baik di blog, email, situs media sosial bahkan melalui sms. Biasanya saya tanggapi sesuai dengan apa yang saya tahu dan fahami, karena saya tak ingin memperdebatkan hal-hal seperti itu. Apalagi jika kritik-kritik itu bukan membangun tapi menyerang.

Sebagai tuan rumah (pemilik blog) saya harus menghormati para tamu blog saya, sekritis apa pun pendapat mereka.

Namun saya perhatikan, sang komentator kritis kali ini sepertinya orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang dunia psikiatri. Padahal pemahaman saya soal psikiatri sangat terbatas.

Karena itu, saya himpun komentar-komentar kritis tersebut menjadi satu posting blog agar bisa difahami lebih utuh dan jelas inti komentarnya. Dan saya meminta para ahli bidang keswa dan psikiatri untuk urun rembug dan mengemukakan pendapat.

Dari komentar-komentar para ahli itu, saya sendiri, rekan-rekan ODB, ODS dan ODMK bisa menilai pendapat dan pemahaman mana yang bisa diambil dan digunakan sebagai acuan terkait penanganan gangguan bipolar dan gangguan kejiwan secara umum.

Ibaratnya saya ini seorang jurnalis yang menyampaikan informasi bidang keswa dan psikiatri dari sumber-sumber terpercaya. Sebagai penyampai informasi saya harus tetap netral terhadap mereka yang berbeda pendapat. Karena saya percaya, publik juga sudah cukup pintar dan bijak untuk menilai mana yang benar dan mana yang salah.


Khairi Sembiring:

Masalahnya orang itu pak Tarjum, sering beraninya di kalangan yang tidak mengerti, atau kalau dia gabung dengan orang yang mengerti ilmunya, dia pakai kata 'pokoknya', atau mendahulukan 'paranoidnya', jadi sulit diajak diskusi.

Saya kalo sama orang kayak gitu, bilang gini (kalo dia sehat mental ya), gini aja, kalo anda udah gak sempat (atau 'gak mampu') ngambil kedokteran terus selanjutnya psikiatri, maka utuslah orang terpercaya anda untuk sekolah disana.

Misalnya adik atau anak kandung, kalo udah sama-sama kemampuan ilmunya, baru kita bisa diskusi (maaf ini bukan untuk menyombong ya....tapi memang begitu adanya). Kalo orang kepercayaan anda udah jadi psikiater, tanya sama dia, kalo itu gak anda percayai juga....wah mending introspeksi diri deh.

BTW, saya tidak menutup mata pada teman sejawat saya yang terlalu fokus kasih obat, lupa psikoterapi dan terapi-terapi lain kayak terapi sosial , terapi okupasi dll. Kami juga semangat untuk selalu meningkatkan regulasi itu, karena mungkin faktornya juga ada beberapa. Bila perlu di kritik, selama itu membangun, maka itu tugas kita bersama.


Andri Andri :
Saya ikut menyimak saja, bagaimana pendapat Prof Ling Tan tentang ini ? Kita nantikan ya


Tarjum:
Prof Ling Tan menulis komentar langsung di blog Solusibipolar.com. Berikut saya kutif komentar beliau :

Di USA ada beberapa "hate groups" yang anti psikiatri dan secara agresip menyerang psikiatri, dengan menguraikan bahwa konsep gangguan jiwa adalah mitos belaka yang hanya didasarkan semata-mata untuk keuntungan drug companies saja.

Ini bukan fenomena baru, antara lain http://www.blogger.com/img/blank.gifdikemukakan oleh Thomas Szasz, Church of Scientology, Bonkers Institute. Kita harus selalu waspada dengan membedakan antara mitos dan fakta:

http://heretohelp.bc.ca/sites/default/files/images/Bipolar_Myths_Facts.pdf

http://psychcentral.com/blog/archives/2009/06/12/9-myths-of-bipolar-disorder/

http://www.lisamcpherson.org/cchr.htm

Anjuran saya adalah agar kita bisa mengambil posisi yang seimbang (balanced) dan menghindari posisi yang ekstrim dari kedua belah pihak (anti-psikiatri / anti obat vs pihak yang terlalu pro obat).

Bipolar adalah gangguan jiwa yang tidak dapat lagi diingkari. Dan ODB sungguh bisa memanfaatkan pengobatan yang jitu. Saran bahwa terlalu banyak orang yng mendapat diagnosa Bipolar (over-diagnosed) dengan konsekwensi mendapat obat anti-bipolar tidak bisa diingkari pula. Sehingga adanya fenomena Bipolar palsu atau "pseudo-Bipolar" yang menjadi sasaran drug companies.

Untuk membuat konklusi secara terlalu meluas (over-generalization), bahwa semua ODB adalah palsu dengan akibat tidak diberikan pengobatan, adalah mengingkari obat bagi ODB yang betul-betul memerlukannya dan sangat bisa memanfaatkannya.

Bersambung…

Komentar-komentar lain yang tak kalah kritis, menarik dan unik, silakan baca lanjutan artikelnya di blog ini.

Anda punya pendapat yang berbeda tentang topik ini, silakan berbagi di komentar.

Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.

    





Bookmark and Promote!

23 komentar:

Anonim mengatakan...

saya kira prof. Ling Tan tinggal di US tentu sangat mengerti bagaimana atmosfer perdebatan antara psikiatri, kelompok anti, kritikus, organisasi agama, para praktisi/psikiater yg tak sejalan, kelompok pembela HAM, industri farmasi serta bagaimana kebijakan legislatif dan pemerintah federal disana..termasuk peran FDA..

Tarjum mengatakan...

Anonim, anda rajin membaca artikel-artikel di blog ini. Anda juga rajin menulis komentar. Komentar-komentar anda kritis bahkan terkesan kontroversial. Sebagai pemilik blog ini saya meminta kesediaan anda untuk membuka identitas anda. Kalau identitas anda tak ingin dipublikasikan, tak akan saya publikasikan, cukup saya yang tahu.

Paling tidak sebagai tuan rumah, saya mengenal tamu saya. Klo anda bersedia saya ingin wawancara online dengan anda untuk posting blog ini berikutnya. Saya menghargai pendapat anda. Fokus dialog kita adalah untuk mencari solusi terbaik penanganan bipolar.

Kalau anda bersedia, silakan kontak saya via email :sivalintar@yahoo.com.

Sekian, terima kasih.

Khairi Sembiring mengatakan...

bagaimana kalau ada pasien psikotik, dirujuk ke saudara/i anonim? biar di tatalaksana, kita juga pengen lho, mentata laksana tanpa obat psikofarmaka. sy termasuk orang yg seneng hidup simpel dan sederhana, tidak menghamburkan uang untuk yg tidak perlu. jadi kalau gak perlu beli obat, kenapa harus diminta beli obat.

sy mengira salah satu yang bikin dunia bangkrut (termasuk indonesia) aalah adanya orang2 yg menghamburkan uang padahal tidak perlu. sy juga tidak menutup mata kalau ada teman sejawat yg berlebihan sehingga terkesan demikian, tetapi jangan di generalisasi.

Nah gimana pak/bu anonim? mau menata-laksana pasien psikotik tanpa psikofarmaka kah? nanti kami belajar pada anda. bisa dicoba dengan gelandangan psikotik, atau ada di surabaya di liponsos, sebagian penghuninya psikotik, mungkin saudara/i anonim mau mencoba silahkan. soalnya kalau yang berobat pada kami, tentu kami tidak bisa minta pada anda untuk menterapi, karena pasien telah mempercayai kami.

Pak/bu anonim....sudah berapa pasien yang sudah anda kelola sampai sembuh? dimana dipublikasikan hasil karya tersebut saudara/i? atau bagamana menurut anda tata laksana pasien psikotik? atau jangan2 menurut anda pasien psikotik itu sebenarnya normal begitu? jadi yang disebut masyarakat ' kurang akal ' (psikotik) itu menurut anda kondisi apa?
terimakasih jawabannya....harus dijawab lho ya....

Anonim mengatakan...

maaf Ibu Khairi Sembiring Yth,... saya/kami hanya advokat YLKI, kami tak ada maksud berseberangan dengan profesi anda. rupanya peran kami di indonesia tak kalah pentingnya dg peran anda banyak sekali pasien menghubungi kami, barangkali tidak seperti di LN mereka hanya 'berani' korespondensi dg kami melalui pihak ketiga.
salam hangat...

Tarjum mengatakan...

Anonim, terima kasih anda sudah bersedia sedikit membuka identitas anda. Kalau anda bersedia saya ingin melakukan wawancara online dengan anda. Silakan hubungi saya via email : sivalintar@yahoo.com.

Dr Andri SpKJ mengatakan...

Saya yakin kalau dirunut2 semua, pasti keinginana kita bersama untuk memberikan yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada dasarnya semua orang baik, begitu juga saya yakin semua dokter pada dasarnya baik dan ingin pasiennya sembuh. Adanya penyimpangan-2 dalam praktek naifnya selalu kita bilang "oknum" sama spt kondisi di komunitas lain. Tapi bagaimanapun di jaman keterbukaan dan arus informasi yang begitu hebat saat ini, pasien layaknya konsumen punya hak dalam menentukan yang terbaik buat dirinya termasuk dalam menentukan pengobatan. Tugas kita sebagai dokter hanyalah memberikan informasi yang berguna untuk pasien agar dapat memilih yang terbaik. Salam Sehat Jiwa

Anonim mengatakan...

kami memang bukan 'sekelas' dg misalnya Thomas sczaz, Niall McLaren Heather Asthon dan para ahli dunia yg lain, tapi setidaknya kami telah mendapat pengetahuan darinya, juga setidak-tidaknya kami sependapat dan diperkuat dg banyaknya kasus.

Anonim mengatakan...

posisi kami tidak melihat masalah yg pro ataupun kontra, tetapi melihat fakta bahwa disisi lain bidang psikiatri telah menciptakan hal negatif yg 'barangkali' sama besarnya dg hal positif yg di hasilkannya, tugas kami adalah mengawasi sekaligus melindungi masyarakat dari hal yg negatif tersebut agar tidak bertambah besar, karena fakta kejadian ini bukan di negeri ini saja, tapi seluruh belahan dunia. Kami tidak menginginkan pro-kontra ini tidak produktif, setidaknya sudah bisa sebagai upaya melindungi masyarakat.

Khairi Sembiring mengatakan...

Pak/bu Anonim, kalau anda memang bekerja untuk penderita, semacam mengadvokasi, itu bagus sekali. Pekerjaan kita satu wadah, hanya berbeda arena. Kalau anda ingin mengomentari kerjaan kami, para psikiater, sebaiknya anda berkenalan dan mencari psikiater yang dapat anda percayai, lalu sebelum mengomentari belajralah/ berkonsultasilah dg psikiater yang anda percayai itu.

Kalau anda memang ingin banyak berbuat untuk penderita, tolong perjuangkan agar social tempat mereka beraktivitas sehari-hari kondusif, perjuangkan agar mereka dapat mengoptimalkan kualitas hidup mereka, agar mereka dapat di terima bekerja sesuai dengan yang mereka mampu, meski digaji sesuai kemampuan mereka, perjuangkan sekolah/pendidikan bagi keluarga2 mereka agar keluarga penderita mengerti bagaimana membantu dan mensupport anggota keluarganya yang menjadi penderita.

Banyak sekali peluang yang bisa anda lakukan dalam mengadvokasi penderita. Pikirkan betul untuk mengomentari mereka2 yang juga bekerja keras untuk mereka, kalau anda tidak mengerti, nanti ada orang2 yang mengerti yang akan membetulkan kesalahan2 para psikiater. Karena kalau mereka dari dulu cuma bikin kesalahan, sudah lama profesi ini mati, nyatanya semakin digemari, bukan karena mereka melakukan konspirasi kejahatan, tapi karena masyarakat merasakan kebutuhan akan psikiater.

Bila anda ingin tahu, bertanya boleh, tapi untuk mengomentari, mungkin bukan bidang keahlian anda. Bicara tentang kapitalis dan pedagang Farmasi, itu tidak dikendalikan oleh psikiater, silahkan kalau anda ingin berjuang untuk memperbaiki system kapitalis dan perilaku pedagang farmasi yang merugikan penderita, silahkan.

Bila kita sama2 bekerja untuk penderita, mari saling mengerti, biar tenaga kita efektif, tidak terbuang oleh debat yang tidak berguna ini (saya tahu teman2 malas menanggapi, karena mungkin dirasa tidak berguna), dan jangan menekan (pikiran dan perasaan) sesama satu wadah, dengan arena yang berbeda, sangat sangat kontra produktif.

Anonim mengatakan...

Terimakasih Ibu Khairi Sembiring, memang benar perdebatan ini bila diteruskan akan tidak berujung dan tak ada gunanya, Kita tau sejarah bercerita bahwa perdebatan seperti ini sudah berlangsung sejak lama sekali, seiring kemunculan psikiatri itu sendiri sehingga memunculkan kelompok2 kontra seperti disebut diatas, yg terpenting bagi semua mari kita jalankan misi masing-masing. Dengan semakin canggihnya teknologi informasi bukankah kita bisa saling bisa mengetahui misi/ide kita tanpa harus berdebat?, biarlah 'perdebatan global' seperti ini terjadi didalam profesi anda sendiri, bukankah para ahli yg pro dan kontra juga berasal dari bidang anda sendiri..??, kami berada di ring luar yg harusnya memperoleh manfaat dari perdebatan profesi anda dan bukan sebaliknya... semoga!!..,
terimakasih semua, mohon maaf,

wassalamualaikum wr wb

Khairi Sembiring mengatakan...

Kalau anda memandang dari sisi seperti itu, bidang apa yang semuanya sangat2 mulus? Kalau mulus2 saja semuanya, udah aman sentosa damai tentrem dunia ini. lihatlah misalnya pakar2 hukum kita yg terlibat dalam 4 profesi : pengacara, hakim, jaksa dan polisi, lebih seru lagi.

Anda sendiri, mungkin dekat dengan LSM, apakah LSM juga mulus2 saja? tidak kan? jadi semuanya kembali kepada pribadi orangnya mas/mbak, jangan menggeneralisir. Awalnya perdebatan kecil kan karena memang masing2 orang berbeda latar belakang, mana ada semua jalan pikiran orang sama? Suami istri aja contohnya udah ada perbedaan, itu adalah keniscayaan, tapi lalu sebagian kecil mereka memang ada orang yang hobinya berdebat dan untungnya sebagian ada yang hobinya kerja yang bener. Nah anda kalau selalu melihat hanya dari kacamata kesalahan psikiater lalu menggeralisasi, memang kayaknya bicara nya gitu mas/mbak.

Sy cuma mengajak, ayolah berpikir jernih, ayo jangan tidak menghargai orang yang kerjanya bener. Kalau anda tidak bisa menghargai orang2 yang kerjanya bener, kayak sy ini cuma bisa ngomong....aduh...mb/mas ini kasiaan...deh. Coba bayangin, kita yang sama2 bekerja untuk mereka kok ya gak bisa kerjasama, kan aneh. Itu lho yang kami harapkan, kerjasama yang saling menghargai bidang masing2. Anda kerja bener, kami hargai, dan mestinya sebaliknya juga gitu. Aku juga udah nyerah deh...cape juga ya ngelayani yang beginian....

Anonim mengatakan...

kalo keluarga gue pribadi sih terbantu banget dengan dokter.

gue yakin kalo advokasi dari ylki sih gak bakalan anonim. ini sih omelan paranoid yg gak jelas. situ kebanyakan teori. pasti nggak pernah ngalamin sendiri susahnya jadi keluarga orang stress. deket2 orang stress yg jorok abis juga pasti ogah... hehe... suka ngetawain orang gila juga kan...? gue juga dulu gitu kok. tp sekarang insyap :D

Anonim mengatakan...

setelah membaca artikel istilah paranoid mgkn juga kite-kite masuk kategori ini yah??? heheheh, bahkan masuk scizo..

http://id.wikipedia.org/wiki/Paranoid,

tetapi setelah lebih jauh melihat begitu banyak professor psikiatri kelas dunia yg aktif meneliti dan mengkritisi psikiatri sekarang, rasanya begitu banyak para ahli psikiatri top dunia yg menderita paranoid jumlahnya ribuan malah..., yahhh buka aja youtube telusuri link2nya.., jadi siapa saja yg 'tidak paranoid' adalah yg mau diajak berdamai hehehehe, sebenernya ada dua kelompok yg berobat: yg sukses menerima manfaat seperti anda dan yg lain mengalami keburukan mungkin suara diatas yg terakhir dan tidak sedikit.. hehehehe

Anonim mengatakan...

hihi cuma modal buku dan google... makin ketahuan belom pernah tau susahnya merawat orang stress kan.... anak mama beli empeng, ngedot dulu gih... hehehe

Anonim mengatakan...

disini ada 6 orang yg aktif mengadu dan sedang dalam masa rehabilitasi efek negatif obat resep, menyapih dan menurunkan dosis secara gradual yang sudah hampir lebih dari 1 tahun, kita tidak sedang berolok-olok soal ini. Barangkali anda pernah mendampingi saudara yg mengalami stres, kamipun lebih kurang sama tetapi dalam persoalan berbeda. memang tidak dipublikasikan seperti peran anda barangkali, karena ini masalah sangat pribadi, karena banyak pihak/institusi yg terkait dlm persoalan kami.

Anonim mengatakan...

salah satu dari 6 orang tersebut ikut menulis beberapa komen diatas, kini sedang mengalami reaksi penarikan obat resep/penghentian bertahap,meski sudah membaik tetapi saya tidak mampu menceritakan bagaimana gejala penarikan yg saya lihat sendiri.

ambipur mengatakan...

Mas mas yang punya lapak juga motivasinya gak jelas banget buka open-exhibit debat kaya begini. Kalau mau nyari yang terbaik buat penderita gangguan bipolar, Bung, ini malah membingungkan, ambigu dan membuat orang semakin terpancing perdebatan yang jelek. Anda mau bawa keseluruhan tulisan ini kemana? Mbok ya diperjelas, mosting itu jangan cuma nampilin komentar-komentar doang ga ada paparan kasus bahkan deskripsi masalah. Piye toh piye.

Tarjum Sahmad mengatakan...

Ambipur, terima kasih atas komentar dan kritiknya :)

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya.
berjudul “Dialog Kritis tentang Solusi Penanganan Ganngguan Bipolar”. Jadi biar lebih jelas permasalahannya silakan anda baca dulu artikel tersebut. Saya posting komentar-komentar tersebut justru untuk memperjelas masalahnya dengan menampilkan beberapa komentar dari ahlinya.

Untuk memperjelas motivasi apa dibalik pembuatan blog ini, silakan baca posting berikutnya.

Anonim mengatakan...

orang yg ilmu dan iq nya nanggung emang bikin runyam. obat resep banyak di pramuka. di pinggir jalan juga banyak tong. liat kasus per kasus dong. gara2 ada tikus lumbung dibakar....

daripada anti psikiatri, mendingan loe anti agama dan Tuhan aja sekalian. gara2 agama, milyaran orang mati selama berabad2.... gara2 kecanduan agama orang pada gendong ransel membunuh orang enggak bersalah. sampai ada perang agama..... gara2 belajar agama dan mistik keluarga gue jadi sableng.... semua gara2 anak stress kagak punya bapak... hahaha...

hahaha makan tuh anonimous......... ki jokobodo ama ki kusumo laris dah gara2 pahlawan kesiangan hahaha...

mungkin gue ketularan gila babe gue, tapi gue rela dimandiin dan disuntik sama perawat2 cantik yg berhati mulia... sebelom gue jadi dajjal beneran..... hahaha... sumpe gue bergidik liat perawat mandiin orang gila....... hahaha...

Anonim mengatakan...

klo ginian seeh, komennye orng-2 yg pengen terkenal, paleng ujung-2nye pengen jadi anggota DPR, komisi jiwa-lah, ngaku-2 peduli sm orang gile buat kegiatan ini buat kegiatan itu... eh taunye emang beneran gileeee ketenaran,...wkwkwkwkw.

Tarjum mengatakan...

Anonim,
Setiap orang berhak mengemukan pendapat dengan argumentasi masing-masing. Kita tak boleh menilai (dan berpikir) negatif apa motivasi mereka menulis komentar. Tapi kita bisa memilah dan memilih komentar mana yang bermakna dan mana yang tidak. Yang menurut kita tak bermakna abaikan saja.

Tapi saya percaya teman-teman yang membaca dan menulis komentar di blog ini pada dasarnya berniat baik, hanya cara menyampaikan dan sudut pandangnya saja yang berbeda.

Anda sekalian bebas berkomentar di blog ini, anda juga boleh berbeda pendapat, tapi tetap harus saling menghormati dan menghargai.

Anonim mengatakan...

memang orang - orang yang anti pada psikiatri perlu ke psikiater biyar di kasih obat anti-antipsikiatri

Tarjum mengatakan...

Saya sangat berharap, para anonim yang pro atau anti psikiatri tidak terlalu memperlebar beda pendapat, tapi bagaimana mencari dan menemukan solusi terbaik penanganan bipolar. Karena ODB yang sedang bergelut dengan problem psikisnya butuh dukungan dan bantuan segera! saat ini juga!

Terima kasih atas kontribusi anda untuk solusibipolar.com :)

Posting Komentar

Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?

Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.



Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar

Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.

Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.

Sinopsisnya silakan baca di sini.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code