Dialog ini tak direncanakan, terjadi spontan di blog Solusibipolar.com, antara saya dan seorang pengunjung blog (Anonim).
Kami tidak saling mengenal sebelumnya dan sampai sekarang pun saya belum mengenal siapa dia sebenarnya.
Dialog ini tidak terjadi dalam satu waktu, tapi dalam kurun waktu tertentu. Sang Anonim menulis komentar untuk beberapa artikel blog Solusibipolar.com dan saya membalas komentar tersebut.
Komentar-komentarnya sangat kritis. Kami saling mengemukakan pendapat masing-masing. Kadang kami berbeda pendapat, namun tetap saling menghargai.
Dari komentar-komentarnya yang mendalam dan kritis kadang kontroversial, sepertinya dia memiliki pengetahuan dan pemahaman luas tentang kesehatan jiwa dan psikiatri.
Berikut dialong saya dengan sang Anonim. Saya sertakan pula judul dan link artikel yang kami berdua komentari.
Artikel : Selamat Datang di Blog Solusi Bipolar
Anonim :
Saya sangat tertarik dengan semangat Pak Tarjum. Tetapi dengan mengikuti jejak aliran psikiatri biologi dunia yang mendefinisikan prilaku manusia menjadi sebuah istilah gangguan medik-biologi yang diantaranya BIPOLAR, maka anda secara otomatis berkampanye mendukungnya. Padahal itu tak lebih hanya sebuah aliran seperti partai politik, yang tak ada dasar ilmiyah yang diakui secara sains seperti bidang medis lainnya.
Perkembangan terakhir aliran ini yang di kitabi dengan buku DSM IV dan DSM V, tak lebih sebagai legitimasi kepentingan komersial profesi dan bisnis obat yang experimental era kapitalistis.
Anda akan sangat tercengang ternyata bisnis obat psikiatri menduduki rangking tertinggi dari semua bisnis obat dunia. Setelah ditilik oleh FDA dan para praktisi lapangan ternyata begitu banyak terjadi OVERUSE obat-obat ini termasuk golongan antipsikotik yang pernah anda memakainnya.
Anda bisa belajar pengalaman Inggris, di sana begitu ketat tidak seperti di negara kita.
Selamat, lain kali akan saya sambung, semoga kita bisa belajar dari pengalaman pahit negeri lain.
Tarjum :
Komentar tercepat di blog Solusi Bipolar! Hanya 17 menit setelah dipublikasikan :)
Komentar yang spontan namun mendalam. Terima kasih atas kritik (membangun) dan masukannya. Saya ingin berdiskusi lebih mendalam tentang bipolar dengan anda. Saya harap anda bisa menghubungi saya via email atau kontak saya yang lain.
Anonim, terima kasih atas kunjungan dan komentarnya :)
Anonim :
Salah satu solusi yang kami tak pernah menganjurkan:
http://www.bonkersinstitute.org/simplebipolar.html
Tarjum :
Anonim, Solusi tak dianjurkan yang anda maksud yang di bonkersinstitute.com? Mohon dijelaskan mengapa? Dan solusi yang anda anjurkan seperti apa?
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya di blog ini..:)
Anonim tak membalas komentar ini lebih lanjut.
Artikel : Apa yang Bisa ODB Pelajari dari Pendekar Kungfu Shaolin?
Anonim :
Suatu pilihan therapy yang bisa dipercaya baik bagi yang sudah ODB serta pencegahannya, pilihan yang baik ditengah kontroversi pengetahuan tentang psiko-otak (psikiatri) yang sampai saat ini sangat-sangat sedikit.
Tarjum :
Saya hanya mencoba memberi alternatif solusi (non medis) penanganan gangguan bipolar dari beberapa alternatif terapi yang ada. Apa yang saya sampaikan berdasarkan pengalaman dan pemahaman saya tentang bipolar.
Alternatif solusi yang saya sampaikan belum tentu cocok untuk semua orang, tapi paling tidak bisa menjadi pilihan untuk dicoba. Mudah-mudahan bisa membantu.. :)
Artikel : Untuk Apa Saya Berbagi Pengalaman dan Pemahaman Bipolar
Anonim :
Saya kira janganlah membesarkan pengistilahan BIPOLAR, anda tidak akan mengerti batas-batas istilah diagnosis ini dengan jelas. Semua akan dibuat kabur, pengistilahan ini tak lebih hanya sebuah ideologi barat (Amerika dalam buku manual psikiatrinya) yang tak lebih hanya sarana bisnis jahat tak bertanggung jawab dari para pelaku profesi dan pabrik obat.
Anda akan tercengang ketika melihat betapa mereka tak mau mendiagnosa sakit perubahan otak akibat obat (iatrogenesis), semua para profesi itu hanya selalu menyalahkan dan menyalahkan si penderita, yang pada akhirnya tetap akan terus dan terus meminum obat resepnya, padahal obat itu dalam selubung BERBAHAYA.
Seorang profesor psikiatri senior Indonesia yang telah meninggal beberapa bulan lalu, pernah bilang dalam tulisannya: "Selama ini coba hitung berapa prosentase pasien yang berhasil disembuhkan dan berapa yang gagal?, Kita janganlah ikut-ikutan dengan proyek orang lain, yang dibutuhkan sekarang adalah mencari cara dan obat yang bisa menyembuhkan pasien. Kenyataanya hingga sekarang orang yang demensia ya tetep demensia, yang psikotik ya tetep psikotik, yang depresi ya tetep depresi, ini tanggung jawab kita..." kurang lebih begitu isinya.
Tarjum :
Terima kasih atas apresiasi kritisnya untuk artikel ini. Saya tak bermaksud membesarkan pengistilahan bipolar. Tapi inilah salah satu istilah yang sekarang digunakan untuk mendefinisikan gangguan mood, sehingga kita bisa saling memahami dan mengidentfikasi satu sama lain.
Jika menurut anda istilah "Bipolar" ini hanya digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, istilah apa yang sebaiknya digunakan?
Jika obat/pengobatan yang selama ini digunakan hanya menguntungkan produsen obat, obat dan metode pengobatan seperti apa yang paling tepat untuk mengatasi gangguan mood tersebut?
Anonim :
Pak Tarjum, tentu sudah melewati pengalaman menyandang kejiwaan yang sementara diistilahkan bipolar, apakah sampeyan merasakan hal yang baik selama sampeyan dalam proses penyembuhan yang menurut sampeyan tanpa obat? Coba terangkan pada publik.
Dan apakah sampeyan juga mengalami penyembuhan dengan bantuan obat resep dari psikiater? Setahu saya sampeyan belum pernah khan? Cobalah tanyakan ‘n klo perlu isi artikel ini dengan orang-orang yang mengalami pengobatan dengan psikotropika resep.
Tarjum :
Sobat Anonim, Soal pengalaman terapi alamiah penanganan bipolar, sebenarnya sudah saya tulis di beberapa artikel di blog curhatkita, ini salah satu artikelnya: Terapi Alamiah Penanggulangan Manic Depresif.
Sudah dibahas juga di buku psikomemoar saya "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah".
Dibahas lebih mendalam di ebook "Berdamai dengan Bipolar" (Sudah rilis 2 Januari 2012).
Saya senang sekali jika anda berkenan membaca artikel-artikel tentang bipolar di blog ini, blog Curhatkita, buku psikomemoar bipolar dan di ebook saya.
Dari tulisan-tulisan saya itu mungkin anda bisa menemukan 'benang merah' pemahaman dan pemikiran saya tentang penanganan bipolar dan gangguan kejiwaan secara umum.
Saya tunggu apresiasi anda selanjutnya :)
Artikel : Stigma Negatif Penderita Gangguan Jiwa
Tarjum :
Stigma negatif gangguan jiwa masih melekat kuat di masyarakat kita sampai saat ini. Perlu usaha keras dan kerjasama semua pihak untuk mengikis stigma negatif ini.
Anonim :
Apakah ODS dan ODB bukan stigma??, lambat laun tetep sama saja artinya dengan gila, tak waras, miring dsb… ODS ODB ds… itu bikinan siapa? Dan untuk apa? Dan bagaimana cara solusinya? Tentu harus nurut dengan yang membuat istilah stigmatis tersebut.
Anonim :
Kita tak sadar bahwa 'OTAK' adalah ladang bisnis yang sangat menggiurkan bagi siapa saja yang mencoba mengulasnya meski seringkali berbau celaka-berbahaya dan menyesatkan. Kenapa?
Karena hingga saat ini semua pengetahuan manusia tentang OTAK masih mendekati angka NOL besar..., terutama psikiatri dan psikofarmaka.. Pengetahuan yang masih mendekati NOL itu apakah bisa dipertanggungjawabkan?? Emmm sama sekali tidak...
Tarjum :
Makasih atas komentar kritis dan masukannya. Saya hargai pendapat anda. Sepertinya anda seorang aktivitis atau profesional kesehatan jiwa. Jadi apa menurut anda solusi terbaik untuk penanganan gangguan jiwa, khususnya bipolar? Bagaimana pula sebaiknya kita menyebut atau mendefinisikan ODB, ODS, ODMK agar tidak menstigma?
Anonim :
Pak Tarjum, soal solusi janganlah dipaksakan ditengah minimnya pengetahuan tentang OTAK/kejiwaan manusia. Karena kita mesti sadar bahwa pengetahuan yang masih dalam taraf awal/prematur sangatlah tidak etis diterapkan dalam praktik medis secara luas utamanya psikofarmaka.
Otak adalah organ yang sangat fantastis, 1 milyar sel neuron dengan 100 milyar sambungan dendrites. Membayangkannya ibarat seluruh pohon dan akarnya di seluruh hutan amazon. Ia organ yang mempunyai kemampuan adaptasi yang menakjubkan.
Sadarkah kita bila lingkungan dingin kita kedinginan. Siapakah organ yang bertanggungjawab untuk mengatasinya?? Jawabnya Otak. Itu contoh kecil. Lalu bicara kemampuan dan kecerdasan manusia yang semakin hebat dari manakah didapat?? Dari lingkungan, yakni dengan cara belajar dan latihan…bukan dengan “obat cerdas” ya khan pak?? Wal hasil manusia berubah menjadi lebih baik sudah menjadi sunnatullah harus melewati proses panjang melalui interaksi dengan LINGKUNGANnya.
Semoga ini menjadi pencerahan kita semua dan menjauhkan kesombongan kita dimata kekuasaan Tuhan.
Itulah dialog kritis saya dengan sang Anonim.
Bagaimana pendapat anda tentang materi dialog di atas. Saya mengundang anda sekalian untuk ikut urun rembug mencari solusi terbaik penanganan bipolar dan gangguan kejiwaan pada umumnya. Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.
Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.
Dialog Kritis tentang Solusi Penanganan Ganngguan Bipolar
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"
Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.
Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.
Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar
Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.
Sinopsisnya silakan baca di sini.
Psikomemoar Seorang Bipolar
Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.
Sinopsisnya silakan baca di sini.
13 komentar:
Intinya anonim menolak penanganan dengan obat. Kalau gangguannya ringan mungkin memang ga perlu obat, cukup kita sendiri yang mengendalikannya. Tapi bagaimana jika gangguannya berat pastinya perlu obat dong. Anonim tidak setuju dengan istilah2 gangguan jiwa itu, tapi bukankah semua gangguan jiwa itu nyata bukan dibuat2 oleh pelaku. Bagaimanapun yang namanya dokter jiwa, pkiater dan obat obatan yang bisa mengurangi gejala memang diperlukan, dilihat seberapa berat gangguannya.
Di USA ada beberapa "hate groups" yg anti psikiatri dan secara agresip menyerang psikiatri, dg menguraikan bahwa konsep gangguan jiwa adalah mitos belaka yg hanya didasarkan semata2 untuk keuntungan drug companies saja. Ini bukan fenomena baru, antara lain dikemukakan oleh Thomas Szasz, Church of Scientology, Bonkers Institute. Kita harus selalu waspada dengan membedakan antara mitos dan fakta:
http://heretohelp.bc.ca/sites/default/files/images/Bipolar_Myths_Facts.pdf
http://psychcentral.com/blog/archives/2009/06/12/9-myths-of-bipolar-disorder/
http://www.lisamcpherson.org/cchr.htm
Anjuran saya adalah agar kita bisa mengambil posisi yg seimbang (balanced) dan menghindari posisi yg ekstrim dari kedua belah pihak (anti-psikiatri/anti obat vs pihak yg terlalu pro obat).
Bipolar adalah gangguan jiwa yg tidak dapat lagi diingkari, dan ODB sungguh bisa memanfaatkan dg pengobatan yg jitu. Saran bahwa terlalu banyak orang yg mendpt diagnosa Bipolar (over-diagnosed) dg konsekwensi mendapat obat anti-bipolar tidak bisa diingkari pula, sehingga adanya fenomena Bipolar palsu atau "pseudo-Bipolar" yg menjadi sasaran drug companies.
Untuk membuat konklusi secara terlalu meluas (over-generalization), bahwa semua ODB adalah palsu dg akibat tidak diberikan pengobatan, adalah mengingkari obat bagi ODB yg betul2 memerlukannya dan sangat bisa memanfaatkannya.
saya melihat persoalan obat yg saya mengumpamakan codein,... disatu pihak sangat bermanfaat bagi bidang medis dilain pihak karena entah kesalahan sistem kesehatan (over diagnosa) ataupun juga kontrol pemerintah, selanjutnya codein menjadi NARKOBA salah guna/persoalan dunia/epidemi, bisa jadi ini terjadi pada obat2 psikiatri lainnya misal benzodiazepine (anti anxiety)
terasa sekali kelihatannya tulisan si "Anonym" tsb diatas tidak produktif-kurang memberi solusi yg memadai. tetapi jika melihat kasus2 iatrogenik yang mewabah/epidemi apakah itu bukan malah sangat dibutuhkan sbg kontrol???, (iatrogenik dimulai dari persoalan biasnya diagnosa psikiatri)... anda bisa cek bagaimana inggris telah mengalaminya...bahkan persoalan ini menjadi penyebab munculnya kelompok2 anti..., anda bisa membayangkan bila psikiatri tsb tanpa kontrol... overuse, overprescribtion, over-diagnosed, addiction..
paradigma lama psikiatri!!!, sekarang telah banyak organisasi dunia yg di promotori para psikiater dunia yg mendorong reformasi psikiatri, paradigma lama psikiatri yg faktanya menghasilkan korban 'terselubung' sebagai akibat experimental keyakinan lama psikiatri. kenyataan bahwa reformasi tsb bisa dilakukan oleh orang-orang yg berkecimpung dlm bidangnya sendiri, bukan oleh orang luar, masihkan menutup mata dan menutup diri lagi!
Ilmu psikiatri bukanlah dan jangan dipandang sebagai ilmu yang sempurna, yang tidak punya kelemahan. Tapi bukan juga ngak ada manfaatnya. apapun di bumi ini kalo kita konsumsi secara over dosis, pemakaian yg over use, semuanya akan jadi tidak baik. Contoh : bila makan kebanyakan, bisa obesitas. tapi bukan berarti kita tidak usah dan tidak perlu makan ....kita tetap harus makan dengan porsi yang diperlukan...demikian dengan suatu penyakit..kalau memang perlu obat, konsumsi sesuai kebutuhan..dan ada saatnya dosis harus diturunkan dan dihentikan,
psikiatri indonesia sekarang masih powerful, belum ada kelompok yg mengontrolnya, ibarat makanan import tanpa sertifikasi, datang dari luar dipasarkan dengan agresif lewat kelompok-kelompok sukarelawan, lalu ditelan mentah-mentah, memanfaatkan ketidaktahuan rakyat indonesia, suatu ketika baru diketahui makanan import itu ternyata berbahaya, terlambat telah terlalu banyak korban. Itulah negeri kita selalu telat dan sulit belajar dari pengalaman negeri lain.
Pak tarjum,. bagaimanapun sekarang era kebebasan informasi, tidak perlu ditanggapi secara berlebih. Dihasut-didokrin-di ‘iklani’ ataupun diedukasi, itu tetap sama2 informasi yg tak dapat dibendung. Kita boleh memilih boleh memilah boleh juga menelan mentah-mentah tapi keputusan ada di tangan penerima. Semua informasi tersebut hanyalah pengetahun akal manusia belaka, bisa berbalik sifat yang dulu hasutan bisa berubah menjadi edukasi dan sebaliknya, karena pengetahuan manusia dinamis dan terus berkembang.
Sebagaimana juga Psikiatri, ilmu yg masih terus berkembang, dan sekarang barangkali masih dalam taraf awal, meskipun sudah jauh lebih maju dibanding era Fraud. Pengetahuan tentang ‘jiwa’ masih dalam taraf minim, masih dalam taraf hipotesa yang perlu pembuktian lebih lanjut, belum ada kesimpulan kuat yg didasarkan metode sains yg diakui yakni belum ada pembuktian secara ilmiyah misalnya penelitian laboratorium biologi/medis. Semua masih berjuang, hingga sekarang belum bisa didefinisikan dengan kaidah ilmiyah- baik mengenai istilah penyakit kejiwaan ataupun penyebabnya.
Yang berkembang sekarang adalah upaya emergency utk memenuhi tuntutan kebutuhan penanganan penyelesaian kejiwaan. Oleh karena alasan-alasan tersebut maka semua upaya penanganan bersifat try n error, tidak boleh secara berlebihan apalagi “mempromosikan suatu metode terapi tertentu secara berlebih”,
Sulit sekali mengkonfirmasi secara meyakinkan penyakit kejiwaan misalnya orang yg scizofrenia-bipolar adalah kekurangan dopamin. Sehingga dengan meningkatkan kadar dopamin otak tidak berbanding lurus dengan meredanya gejala. Dunia terapi kejiwaan masih dalam taraf proses berkembang. Tidak seperti diabetes melitus secara jelas meyakinkan karena tingginya kadar gula darah yang penyebabnya kekurangan insulin dan bisa dites dan diukur secara meyakinkan pula (bahkan sekarang bisa dilakukan sendiri oleh penderita). Sehingga upaya terapi Diabetes bisa dilakukan secara terukur dan lebih bisa dipertanggungjawabkan, dan penelitian tentang upaya terapi diabetes pun mengarah pada satu tujuan- menurunkan kadar gula darah.
Oleh karena itu pak Tarjum, kita sebagai pengguna layanan mari kita semua berhati-hati, menyimak dan menimbang segala upaya penanganan masalah kejiwaan, tidak berlebihan dan harus dengan cermat-bijaksana/real-time selalu memantau hasil terapi karena beberapa model terapi beresiko terlalu besar. Tentu kita tidak ingin mempertaruhkan masa depan kita. Untuk semantara kita suguhkan dan kita kembangkan berbagai upaya/solusi, sambil berhati-hati kita pilih yang paling cocok buat kita dan tentu yg AMAN. Yg TERPENTING kita sebagai makhluk Tuhan kita mesti sadar dibalik ini semua ada TANGAN TUHAN.
maaf saya tdk menunjukkan identitas utk menghindari perdebatan
Benar si anonym bhw: otak terdiri dari 1 milyar sel neuron dengan 100 milyar dendrites klo diibaratkan seluruh pohon di hutan amazon dengan akar sebagai dendritesnya , ini sangat menkjubkan, setelah saya baca2 dari berbagai sumber rasa takjub itu bertambah besar, bagaimana tidak? Ternyata mereka sel-sel neuron itu melalui dendritenya-sinaps (tempat aktifitas neurotransmiter) saling erat bekerja sama dan berkordinasi satu dg yg lainnya hampir “tanpa cacat”. Klo diibaratkan lagi bak SIMPHONY ORCHESTRA YG TERAMAT BESAR yg tiap neuron seperti pemain musik, memegang alat musik berbeda tetapi saling berhubungan, saling bekerja sama tanpa cela, menghasilkan alunan musik yang teramat indah tanpa pemimpin (=dirigen dlm orchestra).
Saking besar dan rumitnya interaksi antar sel neuron, hingga sekarang Kita tak mengerti bagaimana cara mengatur alur “simphony” tersebut. Mereka seakan bekerja sendiri. beberapa penelitian sedang dilakukan atas peran gen di tiap2 bagian neuron dengan memetakannya, namun itu masih jauh untuk menjawab pertanyaan “bagaimana simphony itu terlaksana”. Barangkali yang terakhir ini bisa menjadi harapan bagi kebaikan generasi ummat manusia kelak, khususnya dalam memperbaiki penyakit kelainan kejiwaan yang selama ini masih misteri.
Sungguh teramat indah ciptaan Nya. Mari kita semua bersyukur dengan niatan ikhlas menyerahkan segala masalah kepadaNya, menyadari bhw tiada suatu kejadian, kebaikan dan keburukan kecuali atas kekuasaanNya, kita sangat kecil dihadapaNya (saya menangis menulis ini)... jangan menyalahkan siapapun, Dokter, sianonim, pabrik obat atau si advokat. Karena sesungguhnya pengetahuan kita tidak ada apa-apanya dibandingkan KeagunganNya... kita semua hanyalah makhluk yang sedang berusaha mengenal, mengerti dan memahami akan KekuasananNya. Semgoa kita semua selalu dalam RidhoNya amien...
maaf saya seperti yg lainnya termasuk anonym
sebut nama saya Rizki aja..
Semua hanya tentang solusi atau pengobatan..tapi tidak pernah membahas tentang penyebabnya..bukankah perlu melihat sebab2 gangguan jiwa tsb lalu baru mencari solusinya? krn tiap2 org pasti lain2 sebabnya..
Nama saya: Saya sedang depressi
boro-boro kita cari tau penyebab,,anehnya para dokter indon pun latah sok ngerti apa penyebabnya,... ,,. lha wong para ahli dunia yg botak kepalanya aja ga ngerti kok,...
nama saya : saya Maddrug
Sebelumnya saya tidak pernah tertarik dengan kata Bipolar. Sampai suatu hari seseorang mengaku kepada saya bahwa dia seorang pengidap bipolar. Lalu saya mencari banyak informasi mengenai hal itu. Dan saya lumayan terkejut dengan pengertian kata bipolar itu setelah saya gooling.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Apa bisa seseorang mendiagnosa dirinya sendiri sebagai seorang bipolar?Mengapa demikian?
2. Apakah faktor pola asuh keluarga berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang?
3. Bagaimana mengembalikan kondisi orang tersebut tanpa menggunakan obat-obatan?Berhubung dari segi finansial tidak memungkinkan untuk berkonsultasi dengan psikiater.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih apabila ada yang berkenan menjelaskan jawaban atas pertanyaan saya diatas.
Gangguan bipolar adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan satu jenis gangguan jiwa. Gangguan bipolar ditandai dengan adanya perubahan mood yang ekstrem antara dua kutub (bipolar) suasana hati. Bolak-balik antara perasaan tertekan yang mendalam (depresi) dan luapan semangat berlebih (manik). Ciri-ciri gejalanya bisa dibaca di buku-buku psikologi, majalah, surat kabar dan internet.
Lalu bagaimana memastikan bahwa seseorang mengalami bipolar atau tidak. Si penderita bisa mengidentifikasi ganguan kejiwaan yang dialaminya dengan mencocokan ciri-ciri gejalanya. Ciri-ciri gejala gangguan bipolar bisa dicari di google.
Kalau si penderita kesulitan mengidentifikasi atau mendiagnosa apakah dia mengalami gangguan bipolar atau tidak, sebaiknya konsulatasi dengan psikiater untuk mengetahui diagnosanya dengan akurat, berikut langkah-langkah penanganannya.
Sebagian penderita bisa mengatasi bipolar tanpa menggunakan obat-obatan. Ini untuk gangguan yang kadarnya ringan. Untuk gangguan bipolar yang tergolong berat penggunaan obat diperlukan untuk menyetabilkan membantu mood.
Semoga penjelasan singkat ini bisa difahami. Penjelasan lebih lengkap tentang bipolar bisa anda baca di blog ini, Curhatkita.blogspot.com, buku psikomemoar “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah” dan ebook “Berdamai dengan Bipolar”.
Jika ada yang kurang jelas, silakan kontak saya via email : sivalintar@yahoo.com.
Posting Komentar
Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.