Curahan Hati dan Harapan Seorang Gadis Bipolar (Bagian 2 - Selesai)

“Saya kadang pesimis dengan masa depan saya, tapi saya mencoba untuk tidak hanyut dengan bayang-bayang suram itu.”


Tulisan ini merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya tentang perjuangan seorang gadis yang mengalami gangguan bipolar.

Dia berusaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah berat yang dihadapinya untuk mewujudkan harapan dan impiannya.

Bagaimana lanjutan cerita sang gadis bipolar ini? Silakan baca ceritanya sampai selesai.

Melanjutkan Kuliah

Saya hanya diam di rumah tidak memiliki kegiatan apapun yang berbanding terbalik dengan hidup saya sebelum dirawat. Di tahun ajaran baru saya bicara pada orang tua saya, bahwa saya ingin melanjutkan kuliah, dan akhirya disetujui lalu diurus administrasinya karena saat saya dirawat 2 bulan saya di ajukan untuk cuti.

Tapi setelah masuk kuliah hanya 4 hari saya malah merasa jadi minder di kampus, selain saya yang saat itu masih pengaruh obat jadi lemes, ngantuk, saya juga jadi malu luar biasa pada teman-teman sekelas saya, saya juga merasa otak saya jadi tumpul, diskusi yang biasanya saya aktif bertanya jadi sulit mengikuti pokoknya jadi minder, bahkan pergi kuliah juga diantar ibu, sampai akhirnya saya memutuskan untuk berhenti kuliah dan ingin bekerja saja.

Memasuki Dunia Kerja

Orang tua saya yang saat itu tau kondisi saya pun tidak bisa memaksa saya, dan hanya menuruti keinginan saya dan 2 bulan entah 1 bulan kemudian saya ditawari pekerjaan di Subang oleh orang tua di sebuah akademik yang baru berdiri di bagian administrasi, saat itu saya pun setuju saja karena rasanya saya tidak ingin ada di Bandung lagi saya ingin jauh dari masa lalu saya yang bagi saya sudah membuat kenangan buruk karena peristiwa saya sebelum dirawat itu.

Saya pun bekerja dan tinggal di Subang tapi lagi-lagi hanya 2 bulan saya bertahan dengan alasan udara yang sangat panas. Saya yang pada waktu itu tetap di temani ibu saya pulang kembali ke Bandung.

Pemilik Yayasan yang mempekerjakan saya yang sebenarnya masih teman ayah saya ternyata masih berbaik hati dan masih menyuruh saya kembali bekerja di cabang Bandung kalau tidak salah saat itu bulan Februari 2008.

Melihat kondisi saya saat itu, ayah dan ibu saya yang tidak terlalu paham dengan penyakit kejiwaan mencoba menghentikan obat yang saya minum saat itu, malah saat saya kerja di subang pun sudah diberhentikan dengan alasan kondisi saya sudah membaik dan agar saya bisa konsentrasi dan tidak mudah ngantuk.

Di tempat kerja saya di Bandung, akhirnya saya bisa menjalani hari-hari saya lebih baik tanpa obat. Walaupun pada saat itu saya malah jadi agak parno dengan teman-teman di organisasi saya yang tiba-tiba datang pada saya mengajak bergabung kembali dengan mereka. Sehingga di jalan atau di dalam Bus saya selalu takut kalau satu Bus sama salah satu teman saya dan berusaha untuk tidak melihat dia sehingga tidak disapa.

Kurang lebih 8 bulan setelah saya bekerja di akademik keperawatan sebagai bagian administrasi, saya ditawari oleh para dosen untuk kuliah saja lagi di akademik itu karena usia saya yang memang masih sangat muda dan masih pantas kuliah. Juga agar ada peningkatan pada pekerjaan saya selanjutnya, seperti supaya bisa di angkat dosen dan sebagainya.

Dengan banyak pertimbangan sayapun mengikuti saran mereka dan bilang ke ortu untuk kuliah di sana dan ortupun sangat mendukung apalagi biaya ditanggung oleh ketua yayasan di sana. Tapi dengan stressor yang lebih banyak, karena saya harus asrama.

Setelah dua bulan saya kuliah rasanya saya kambuh lagi. Memang tidak histeris seperti yang pertama hanya agak hiperaktif lagi, yang pada akhirnya saya sendiri yang minta sama ayah untuk kembali dirawat di tempat Rehabilitasi di subang.

Gagal Kuliah

Sayapun gagal lagi kuliah dan dirawat selama 1 bulan lalu kembali pulang ke rumah. Setelah dirawat yang kedua ini, saya masih belum berani memiliki aktivitas sekolah ataupun kerja. Saya merasa enjoy di rumah dan jadi kurang bergaul.

Hampir 2 tahun saya menganggur, tapi kali ini saya tidak melepaskan obat saya, saya malah sadar sendiri minum obat tiap hari, dan obat sayapun sudah banyak dikurangi hingga sekarang saya hanya meminum sehari 2 x ½ carbamazepein 200 mg dan 1 x ½ haloperidol 1,5 mg.

Saya hanya control 2 bulan sekali ke psikiater di kota saya jika obat sudah habis. Lalu di tahun 2010 akhir saya mencoba lagi bekerja kali ini di sebuah Garment, karena saya merasa ijazah SMA saya hanya bisa diterima di Pabrik. Sayapun masih tidak bisa bekerja di bawah tekanan dan hanya bertahan 4 bulan. Sebelum masa kontrak habis saya mengundurkan diri.

Menuju Pemulihan Kondisi Mental

Setelah keluar, ayah saya menawari saya kuliah lagi, kali ini kuliah kelas karyawan yang hanya masuk satu minggu sekali. Alasannya agar tidak terlalu berat dan saya punya kegiatan. Saya pun menyetujui dan Alhamdulillah sampai saat ini saya masih menjalankan kuliah sudah semester III semoga bisa sampai lulus.

Tapi 6 hari yang saya miliki dirumah mulai terasa jenuh, saya ingin mencari pekerjaan lagi setelah 1 tahun menganggur. Dan mudah-mudahan awal tahun 2012 saya bisa mengajar di sebuah TK. Saya tidak memandang penghasilan yang saya dapat, saya hanya ingin mencoba pengalaman baru, bersosialisasi lagi sambil berlatih menjadi guru sebelum saya lulus S1 di keguruan. Mudah-mudahan saya benar-benar menjadi guru di TK itu untuk pengembangan diri saya juga.

Mungkin seperti itulah pengalaman yang saya dapat dari awal saya menderita Bipolar hingga sekarang setelah 4 tahun saya masih minum obat dan sudah dinilai cukup baik sama dokter dan sayapun merasa lebih baik.

Mungkin yang saya rasakan hanya gejala-gejala badmood, atau emosi yang sejauh ini masih bisa saya kendalikan sendiri sambil terus berikhtiar teratur minum obat.

Walaupun saya merasa kehilangan masa-masa kuliah saya sejak usia 19 tahum hingga sekarang saya 23 tahun. Seharusnya saya sudah lulus kuliah dan memiliki pekerjaan yang layak, atau bahkan mungkin seperti teman-teman saya yang sudah menikah. Tapi saya masih seperti ini, masih meniti langkah untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Saya masih beryukur karena dukungan keluarga yang sangat besar sama saya agar saya bisa terus bangkit.

Harapan dan Harapan

Kadang saya berpikir mungkinkah suatu hari saya mendapatkan pekerjaan yang baik dengan penghasilan mencukupi untuk kehidupan saya sendiri sehingga saya bisa mandiri dan tidak terus menjadi beban orang tua.

Mungkinkah suatu hari saya mendapat jodoh yang sholeh yang bisa mengerti saya dan bisa menjadi imam bagi saya. Saya orang yang tidak mudah bergaul apalagi dengan lawan jenis karena prinsip saya juga saat di organisasi keislaman bahwa ada batas antara pergaulan lelaki dan perempuan.

Saya kadang pesimis dengan masa depan saya, tapi saya mencoba untuk tidak hanyut dengan bayang-bayang suram itu.


Curhat saya, ini sebelumnya tidak pernah saya ceritakan pada siapapun karena sifat saya yang tertutup. Tulisan ini adalah salah satu isi hati yang sudah lama ingin saya curahkan pada seseorang tapi sangat sulit dikatakan sekalipun pada orang tua. Dan melalui tulisan ini saya ingin berbagi pada siapa saja.

Assalamualaikum wr. wb.

Inspirasi apa yang anda petik dari cerita ini? Silakan sampaikan di komentar.

Jika menurut anda artikel ini menarik dan bermanfaat silakan share di twitter, facebook dan Google+.

Tarjum adalah pendiri dan editor solusibipolar.com, Curhatkita, Forum Curhat, Grup Facebook Teman Curhat dan Solusi Bipolar. Penulis buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini. Ikuti Tarjum di Facebook, Twitter, Google+ dan LingkedIn.

    





Bookmark and Promote!

7 komentar:

miza mengatakan...

saya juga mengalami hal yang sama dengan apa yang mbak alami.... tapi percayalah mbak.. semua ini akan berlalu, seeiring kita yang senantiasa mengambil hikmah dalam setiap kealahan mbak. semangat ya:) bisa add fb saya di aini_nesta@yahoo.com

Tarjum mengatakan...

Miza, terima kasih sudah mau berbagi dan membantu salah satu teman kita ini. Inilah sebenarnya yang saya harapkan, melalui blog ini kita bisa saling membantu, saling berbagi dan saling mendukung untuk mengatasi masalah dan mencari solusi penanganan gangguan bipolar.

Anonim mengatakan...

semoga para ODB bisa menjadi lebih ringan bebannya saat menuliskan pengalaman yang dialaminya, bisa menyalurkan curahan hati apalagi bisa mendapat solusi, motivasi dan semangat dari teman sesama ODB atau yang lainnya!

Tarjum mengatakan...

Anonim,
Untuk itulah diantaranya saya membuat blog khusus tentang gangguan bipolar ini. Sebagai media untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan wawasan seputar gangguan bipolar. Saling mendukung, membantu dan bersama-sama mencari solusi terbaik penanganan bipolar.

Jika teman-teman mau berbagi pengalaman atau menulis artikel untuk solusibipolar.com, silakan kirim via email : sivalintar@yahoo.com.

Semoga blog ini bisa memberi manfaat kepada banyak orang terutama ODB/ODMK dan keluarganya.

Anonim mengatakan...

Saya bipolar dan ingin bunuh diri saja.. Kehidupan dunia nyata memang brengsek.. Hidup itu tidak adil.. Buat apa hidup kalau harus menderita kondisi mood yang tidak stabil.. Life is suck..!!!

Hamba Allah mengatakan...

saya juga bipolar, tapi saya yakin ini hanya ujian yang Allah berikan, semoga penyakit yang kita derita bisa menjadi penghapus dosa-dosa kita di akhrat kelak, bunuh diri adalah dosa besar, lebih baik kita jalani hidup saja dan yakinlah kita diberikan penyakit ini karena Allah yakin kita bisa menjalaninya dan akan selalu ada kemudahan dari setiap kesulitan. perbanyaklah aktivitas karna pengalamanku itu bisa membantu kondisi psikologis kita :) semangat kawan!!!

zaenal mengatakan...

Hamir semua orang tidak lepas dari masalah dan cobaan, cuma bentuk , frekuensi dan intensitasnya berbeda-beda.
Gangguan bipolar, secara medis memang merupakan gangguan kejiwaan/mental emosional. namun saya kira itu juga cobaan dari Allah kepada yang menderitanya dan keluargaanya. Tinggal kita mau tidak berupaya mengatasinya baik secara medis, spriritual/keagamaan, psikologis dan sebagainya.
Harapan saya , masyarakat umum memahami bahwa ganggoan bipolar bukanlah akibat kelemahan mental/jiwa seseorang atau hal-hal ang berhubungan dengan gaib, tetapi itu adalag gangguan yang dikarenakan gangguan biokimia di dalam (neuritransmiter) di otak , yang sama seperti penyakit penyakit fisik lain, seperti storke, tumor, jantung dan sebagainya, dimana si penderita tidak pernah menginginkannya.

Posting Komentar

Silakan sampaikan pendapat anda di komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Ebook "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Jika orang yang anda cintai mengalami Gangguan Bipolar, Apa yang sebaiknya anda lakukan?

Ebook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar.



Buku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"
Psikomemoar Seorang Bipolar

Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan problem psikis yang tidak saya fahami. Yang membuat saya terus bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya justru baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya bisa melepaskan diri dari belenggunya.

Buku ini bukan hanya bercerita tentang pengalaman psikologis, tapi tentang perjuangan seorang anak petani untuk mewujudkan impiannya, Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.

Sinopsisnya silakan baca di sini.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code